Asumsi dan Limitasi

1.     Pendahuluan
Latar Belakang
Dalam melakukan penelitian ilmiah, tentunya dibatasi dalam banyak hal. Kekurangan ini meliputi ketersediaan sumber daya dan bahkan proses penalaran sendiri. Keunggulan sebuah penelitian ilmiah dapat dilakukan sejauhmana kemampuan menutupi kekurangan, baik berasal dari diri sendiri dan kekurangan dari pilihan yang dibuat, dan kemudian menyesuaikan cara terbaik mungkin dengan menggunakan asumsi dan keterbatasan.  Peneliti seringkali mengalami kebingungan tentang apa yang dimaksud asumsi, keterbatasan, dan ruang lingkup.
Asumsi dalam penelitian kita adalah hal-hal yang  di luar kendali peneliti, tetapi jika asumsi tidak ada penelitian menjadi tidak relevan. Misalnya, Jika sedang melakukan survei, peneliti perlu berasumsi bahwa orang akan menjawab dengan jujur. Jika memilih sampel, peneliti perlu mengasumsikan bahwa sampel ini mewakili populasi. Leedy dan Ormrod (2010) mengemukakan, "Asumsi adalah begitu mendasar bahwa, tanpa asumsi, masalah penelitian itu sendiri tidak bisa ada "(hal. 62).
Peneliti tidak bisa hanya menyatakan bahwa ini adalah asumsi. Sebaliknya, kita harus membenarkan bahwa setiap asumsi adalah "mungkin" benar, jika penelitian tidak bisa berkembang. Untuk berasumsi, misalnya, bahwa peserta akan menjawab dengan jujur, peneliti dapat menjelaskan bagaimana anonimitas dan kerahasiaan akan dipertahankan dan bahwa para peserta adalah sukarelawan yang mungkin menarik diri dari penelitian kapan saja dan dengan tidak ada konsekuensi. Untuk menjamin pembaca bahwa survei akan sampai ke jantung masalah penelitian dan memungkinkan peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian, studi percontohan sering dilakukan.
Limitasi atau keterbatasan penelitian adalah potensi kelemahan dalam penelitian dan berada di luar kendali. Peneliti menemukan keterbatasan dalam hampir segala sesuatu yang kita lakukan. Jika menggunakan sampel kenyamanan, sebagai lawan acak sampel, maka hasil penelitian tidak dapat secara umum diterapkan pada populasi yang lebih besar, hanya disarankan. Jika peneliti mencari di satu aspek, mengatakan tes prestasi, informasi tersebut hanya sebagai baik sebagai tes itu sendiri. Keterbatasan lain adalah waktu. Sebuah studi yang dilakukan selama selang waktu tertentu adalah tergantung pada kondisi yang terjadi  waktu itu. peneliti harus menyadari keterbatasan agar tidak untuk mempengaruhi hasil penelitian.
Delimitasi atau ruang lingkup adalah karakteristik yang membatasi ruang lingkup dan menentukan batas-batas Penelitian. Delimitasi berada dalam kendali. Faktor pembatasan termasuk pilihan tujuan, pertanyaan penelitian, variabel yang menarik, perspektif teoritis yang diadopsi. Batas pertama adalah pilihan masalah itu sendiri; menyiratkan ada masalah terkait lainnya yang bisa dipilih tapi tidak memilihnya.  Delimitasi misalnya  akan menjelaskan kriteria peserta untuk mendaftar dalam penelitian, wilayah, dan profesi atau organisasi yang terlibat.
Kekurangan dan kelemahan penelitian ilmiah dapat disempurnakan dengan kita menuliskan asumsi, keterbatasan, dan ruang lingkup, termasuk memunculkan hal-hal yang relatif baru.

Tujuan Penulisan
    Secara umum tulisan ini bertujuan membahas:
1.    Fungsi asumsi dan limitasi dalam penelitian
2.    Kaitan antara asumsi dan limitasi dengan generalisasi dan implikasi
3.    Pengertian kebaruan dan keunikan penelitian penyuluhan
4.    Keterkaitan antara kebaruan dan keunikan penelitian dengan kontribusi dan kemanfaatan hasil penelitian

2. PEMBAHASAN
A.   Fungsi asumsi dan limitasi dalam penelitian
Arikunto (2003; 60-61) mengemukakan bahwa asumsi-asumsi atau anggapan dasar penelitian dipandang sebagai landasan teori atau titik tolak pemikiran yang digunakan dalam suatu penelitian, yang mana kebenarannya diterima oleh peneliti. Selanjutnya dikemukakan bahwa peneliti dipandang perlu merumuskan asumsi-asumsi penelitian dengan maksud: (1) agar dapat landasan berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti, (2) mempertegas variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian, (3) berguna untuk kepentingan menentukan dan merumuskan hipotesis. Dalam merumuskan asumsi-asumsi penelitian ini ditempuh melalui telaah konsep dan teori.
Dalam rangka memilih salah satu teori atau pendekatan yang digunakan untuk mendukung argumentasi pada kerangka berfikir diperlukan adanya asumsi. Asumsi tersebut harus bersifat imperatif, karena dengan asumsi yang berbeda maka teori atau pendekatan yang digunakan akan berbeda pula. Perbedaan asumsi yang dimiliki peneliti dengan pembaca, membuat pembaca tidak menyetujui argumentasi yang dibuat peneliti.
Asumsi ialah pernyataan yang dapat diuji kebenarannya secara empiris. Asumsi jangan diadakan-adakan dalam penelitian jika memang tidak diperlukan. Dalam membuat asumsi harus diperhatikan beberapa hal dibawah ini:
a.    Asumsi harus operasional dan merupakan dasar bagi pengkajian teoritis. Misal Asumsi bahwa manusia sebagai makhluk administrasi tidak mempunyai makna apa-apa dalam menyusun teori-teori admnistrasi. Administrasi manusia secara operasional antara lain manusia adalah makhluk ekonomi, makhluk sosial, makhluk makhluk yang bersifat aktualisasi diri, makhluk yang kompleks, dan makhluk yang mempunyai banyak keinginan.
b.    Asumsi harus menyatakan keadaan yang sebenarnya, bukan keadaan yang seharusnya.
c.    Peneliti harus mengenal betul asumsi yang dipakainya dalam menyusun kerangka berfikirnya. Sebab menggunakan asumsi yang berbeda, maka berbeda pula teori yang dipakainya.
d.    Asumsi harus dinyatakan tersurat sebab asumsi yang tersirat sering menyesatkan dan menyebabkan interpretasi yang berbeda.
Misalnya ada pertanyaan, mengapa kita menggunakan teori partisipatf bukan koersif? Jawabanya adalah karena diasumsikan bahwa manusia mempunyai motivasi yang tinggi. Mengapa kita menggunakan pendekatan sistem bukan pendekatan perilaku? Jawabannya adalah karena diasumsikan bahwa masalah organisasi sangat kompleks dan luas dimana sangat banyak komponen-komponen terkait yang turut menentukan efektivitas organisasi.
Kerangka teoritis disusun untuk mendapatkan kerangka berfikir, dan kerangka berfikir disusun untuk mendapatkan perumusan hipotesis. Kerangka teoritis dan kerangka berfikir disusun dengan cara mengkaji teori-teori dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan; menggunakan logika berfikir deduktif (dari umum ke khusus); jika diperlukan menggunakan asumsi agar dapat mendukung argumentasi, mengapa suatu teori atau pendekatan tertentu yang kita pilih.
Asumsi dan limitasi penelitian berkaitan erat dengan permasalahan hipotesis penelitian. Pada hipotesis penelitian dipersoalkan hubungan antar variabel. Misalnya hubungan variabel tingkat pendidikan petani dengan tingkat kecepatan mengadopsi inovasi di bidang pertanian. Dalam hubungan ini, di satu pihak, peneliti biasanya cukup sadar bahwa tingkat kecepatan mengadopsi inovasi pertanian (sebagai variabel tergantung), sangat mungkin mempunyai hubungan dengan banyak variabel bebas; dipihak lain, peneliti juga sadar betul bahwa mempunyai keterbatasan untuk bisa menguji hubungan sedemikian banyak variabel yang berpengaruh terhadap kecepatan pengadopsian inovasi pertanian di kalangan petani. Dilema tersebut oleh para peneliti dipecahkan dengan menyatakan asumsi dan limitasi penelitian, lazimnya dinyatakan dalam penelitian eksplanasi, baik pada penelitian yang menggunakan format eksperimen maupun yang menggunakan format survei.
Asumsi (assumtion) menunjuk pada kebenaran asumtif, berkenaan dengan satu atau beberapa variabel, dengan asumsi yang dinyatakan itu, menjadi tak perlu diteliti lagi bagaimana sesungguhnya variabel-variabel dimaksud beserta segenap kemungkinan pengaruhnya terhadap variabel tergantung. Jadi berfungsi sebagai titik pijak untuk melokalisasi variabel yang diperhitungkan berhubungan secara sistematis. Pada eksperimentasi variabel tunggal yang menggunakan proses randomisasi misalnya, peneliti mengasumsikan bahwa: ‘ subjek yang dikenai eksperimen diasumsikan berasal dari populasi yang sama. Dengan menggunakan randomisasi dalam pemilihan subjek, baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol, variabilitas kedua kelompok tersebut dianggap sama, setara atau equivalen. Pengaruh variabel bebas lain tidak perlu dirisaukan. Dalam menggunakan asumsi tidak bisa sekehendak hati si peneliti.
Sementara itu limitasi penelitian menunjukkan pada segi-segi yang tidak dipersoalkan atau tidak dijangkau oleh peneliti di dalam menjawab permasalahan yang ditelitinya. Dalam penelitian tentang hubungan tingkat pendidikan petani dengan kecepatan mereka mengadopsi inovasi pertanian, peneliti dapat menyatakan beberapa keterbatasan atau limitasi seperti: pemilikan dan partisipasi terhadap media massa, yang didalamnya juga turut memasyarakatkan inovasi pertanian kepada petani di pedesaan, yang dalam penelitian ini beleum diperhitungkan. Hal tersebut kurang pantas jika menggunakan asumsi maka sebaiknya dinyatakan secara jujur sebagai keterbatasan penelitian bersangkutan.


B.   Kaitan antara asumsi dan limitasi dengan generalisasi dan implikasi
Asumsi dan limitasi sebagai upaya untuk memperkuat argumentasi penelitian. Kekurangan dalam penelitian dapat disempurnakan dengan asumsi serta limitasi. Penarikan kesimpulan atau generalisasi suatu populasi seringkali tidak meyakinkan pembaca sehingga selalu dikaitkan dengan asumsi dan limitasi.
Asumsi dan limitasi juga berkaitan dengan implikasi penelitian, baik secara teoretis yaitu untuk perkembangan ilmu pengetahuan maupun bagi penerapan praktis dalam memecahkan masalah, regulasi, pengambilan keputusan, dan berguna bagi responden dalam pengembangan masyarakat.

C.   Pengertian kebaruan dan keunikan penelitian penyuluhan
Secara konseptual-teoretikal, kebaruan [novelty] dapat dipilah menjadi dua, yakni kebaruan yang belum terkomersialisasi (inventions) dan yang terkomersialisasi (innovations). Invension merupakan hasil “kreasi” yang memang telah “dituju” sebelumnya, namun masih kurang memuaskan [Ralph Linton]
Berdasarkan klasifikasinya, invension dibagi menjadi dua, yakni basic invention dan improving invention. Jika penemuan [discoveryi] diartikan penambahan pengetahuan (any addition to knowledge), maka invention merupakan penggunaan baru dari pengetahuan (a new application of knowledge). Penemuan (discovery) sejatinya diawali oleh kesadaran akan adanya anomali, yakni observasi telah melanggar ekspektasi paradigma yang mengatur ilmu pengetahuan yang mapan [baku].
Inovasi juga bukan sekedar penemuan, tetapi lebih menekankan kepada ide-ide yang dibutuhkan untuk dipraktikan, sedangkan penemuan perlu dikomersialisasikan untuk memperkenalkan inovasi (Rebert, 1981).
Menurut Levitt, kreativitas adalah thinking new things (berpikir sesuatu yang baru) dan inovasi adalah doing new things (melakukan sesuatu yang baru). Inovasi merupakan aplikasi dari kreativitas.
Secara garis besar, yang dimksud dengan penelitian penyuluhan [perilaku] adalah penelitian-penelitian yang  berkaitan dengan transformasi perilaku manusia dalam ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan, pendekatan pendidikan non formal, mutu kehidupan manusia yang lebih baik (better living, better business, better community, and better environment) yang unit analisisnya dapat berupa individu, kelompok, keluarga, komunitas, organisasi, dan masyarakat.
Kebaruan penelitian penyuluhan berkaitan erat dengan perilaku [know how] yang terbangun oleh tiga komponen [pengetahuan, sikap dan keterampilan], baik dalam bentuk teori, konsep, metode, strategi, kebijakan, desain model, alat bantu, maupun kreasi-kreasi alternatif. Untuk beberapa hal dapat berupa produk dan pelayanan.

D.   Keterkaitan antara kebaruan dan keunikan penelitian dengan kontribusi dan kemanfaatan hasil penelitian

Hasil sebuah penelitian dapat dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat [dalam bentuk teknologi, kebijakan, model, metode, teknis/cara dan sebagainya] dapat secara tidak langsung melalui literatur [citation]. Pada masyarakat ilmiah, ada tiga prinsip yang medasari apakah suatu hasil penelitian dimanfaatkan atau tidak.
1.    principle of originality [terkait dengan keaslian, keunikan dan kebaruan].
2.    principle of ethical conformity [prinsip kepatuhan pada etika ilmiah].
3.    priciple of relevance [keterkaitan atau keterhubungan sebagai indikator konstelasi dengan teori atau temuan-temuan sebelumnya]
Manfaat lainnya dari kebaruan dan keunikan adalah pesatnya perkembangan dan komersialisasi invensi menjadi inovasi, baik dalam bidang pengetahua, ilmu maupun teknologi. Suatu model, metode atau strategi akan banyak digunakan dalam pengembangan kebijakan dan sebagainya apabila mengandung nilai kebaruan dan keunikasi, yang tentu saja bersifat lebih baik dan produktif dari yang sebelumnya.

Contoh :
Asumsi dalam penelitian : Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Sebuah Organisasi Sekolah, yaitu:
-      salah satu upaya meningkatakan mutu pendidikan adalah dengan meningkatkan kemampuan atau kompetensi guru.
-      Motivasi kerja adalah sesuatu yang meninbulkan semangat, dimana kuat lemahnya motivasi akan menentukan prestasi kinerjanya.
-      Guru yang bermutu akan dihasilkan melalui pengalaman mengajar.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Menilai atau Evaluasi Hasil Study Tour atau Studi Banding

TEORI BELAJAR SOSIAL (SOCIAL LEARNING THEORY)