KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN BUDI DAYA RUMPUT LAUT

1.           Pendahuluan
Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 disebutkan bahwa penyuluhan merupakan suatu proses pembelajaran bagi pelaku utama (pelaku kegiatan perikanan) serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Sebagai sebuah sistem pendidikan nonformal, peran penyuluhan perikanan sebagai kebijakan, strategi, program, dan kegiatan untuk menghantar pelaku utama dan usaha ke arah yang diinginkan sangat diperlukan. Peran strategis sistem penyuluhan perikanan diharapkan dapat mendukung tujuan pembangunan perikanan yakni optimalisasi pemanfaatan perikanan yang berkelanjutan.
Komunitas yang berdiam di kawasan pesisir yang sebagian besar merupakan nelayan skala kecil. Komunitas tersebut umumnya memiliki kemampuan yang terbatas dalam mengakses modal, teknologi, dan pasar. Hal ini menyebabkan aktifitas penangkapan ikan menumpuk di perairan pantai dan bersifat oneday fishing.
Tingkat ketergantungan masyarakat pesisir yang sangat tinggi terhadap sumber daya ikan pantai mengakibatkan degradasi habitat dan sumber daya ikan. Oleh karena itu pemerintah membuat program diversifikasi usaha untuk nelayan. Program ini diharapkan memberikan penghasilan tambahan dan alternatif bagi nelayan yang pada akhirnya dapat mengurangi ketergantungan nelayan terhadap sumber daya ikan di pantai. Namun demikian program diversifikasi usaha untuk nelayan sulit tercapai terkait masalah strategi komunikasi dan karakter budaya nelayan itu sendiri.
2.   Proses Komunikasi dalam Aktivitas Penyuluhan Diversifikasi Usaha untuk Nelayan (Budi daya Rumput Laut)
Keberadaan rumput laut sekarang ini sangat menjanjikan dimana banyaknya permintaan pasar baik itu berupa bibit maupun rumput laut kering yang semakin meningkat. Keadaan ini ditunjang karena manfaat rumput laut yang sangat besar sebagai bahan baku dan merata hampir disetiap produk kebutuhan manusia seperti bahan makanan, kosmetik, obat-obatan maupun industri tekstil.
Luasnya wilayah pesisir di Indonesia merupakan suatu peluang bagi Indonesia khususnya masyarakat dipesisir pantai untuk mengolah lahan yang ada sebagai usaha pembudidayaan rumput laut. Hal inilah yang sedang giat-giatnya dicanangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui berbaggai programnya dalam upaya menjadikan rumput laut sebagai salah satu produk unggulan yang menjanjikan bagi pelaku usaha Kelautan dan Perikanan khususnya bagi nelayan. Kementerian Kelautan Perikanan melalui Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan Aertembaga sebagai salah satu Unit Pelatihan Teknisnya, memberikan keterampilan melalui pelatihan budidaya rumput laut bagi para nelayan.
Dengan keterampilan dalam membudidayakan rumput laut, dapat dijadikan sebagai matapencaharian alternatif mereka.
sehingga pada tanggal 24 s.d 27 Nopember 2011 lalu BPPP Aertembaga melaksanakan Pelatihan budidaya rumput laut untuk mendukung program peningkatan kehidupan nelayan di Kab. Bonebolango, Prov. Gorontalo. Pelatihan yang dilaksanakan selama 4 (empat) hari kalender ini dibuka oleh Kepala Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan Aertembaga, Pola S.T Panjaitan. ,A.Pi., MM yang dalam sambutannya mengatakan bahwa BPPP Aertembaga mengemban tugas untuk melatih para nelayan agar terampil dalam mengelola usaha perikanannya. Khususnya keterampilan yang dilatihkan dalam membudidayakan rumput laut yang diharapkan dapat menjadi matapencaharian tambahhan atau alternatif dalam upaya meningkatkan kehidupan nelayan di Kab. Bonebolango.
Keterampilan tersebut dapat dimanfaatkan oleh nelayan ketika tidak melaut sehingga tetap memiliki aktifitas kegiatan yang dapat memberikan penghasilan, Inilah bentuk perhatian pemerintah kepada masyarakat nelayan melalui pelatihan budidaya rumput laut sebagai salah satu cara agar para nelayan memiliki matapencaharian alternatif.
 Mengapa rumput laut yang dilirik, karena di Desa Biluango ini memiliki potensi untuk dikembangkan usaha budidaya rumput laut dan yang kedua, karena budidaya rumput laut ini sangat mudah dilaksanakan selain itu juga harga pasarnya cukup bagus. Saat ini Rumput laut jenis euchema cottoni banyak dicari dan pasar sangat menjanjikan. 
Dalam acara pembukaan pelatihan hadir pula Kasi Usaha Pengembangan Budidaya, Mahyudin Mataihu., S.Pi yang mewakili Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Bonebolanggo. dan Kepala Desa Biluango Ayahanda Ibrahim Samsunah. Dalam sambutannya Mahyudin berpesan kepada peserta agar dapat mengikuti pelatihan ini sampai tuntas dan agar peserta memperhatikan setiap materi yang diberikan dengan baik. Beliau juga mengharapkan agar pelatihan-pelatihan semacam ini tidak hanya diadakan untuk satu bidang saja tapi juga dibidang pengolahan, penangkapan, dan permesinan. Sebenarnya bukan hanya masyarakat di Kab. Bonebolango saja yang membutuhkan pelatihan teknis semacam ini, namun petugas-petugas teknis di Dinas KP Kab. Bonebolango pun membutuhkan pelatihan karena diakui Beliau masih sangat minim sekali tenaga pelatih teknis sehingga ketika tahun 2009 lalu datang bantuan budidaya untuk rumput laut, mereka hanya mampu bertahan sebentar dan kemudian tidak berkelanjutan.
Hal ini dikarenakan selain masyarakat yang tidak memiliki keterampilan teknis tentang budidaya rumput laut Pelatihan budidaya yang dilaksanakan di Desa Biluango Kec. Kablia Bone Kab. Bonebolango, Prov. Gorontalo ini menerapkanmetode longline dimana metode ini merupakan metode yang saat ini dirasa paling cocok diterapkan karena hasil yang diperoleh sangat bagus.
Pelatihan Budidaya Rumput laut ini mendapatkan respon yang sangat baik dari peserta maupun pemerintah daerah yang ditunjukan dengan keseriusan peserta yang selalu datang tepat waktu dan mengikuti pelatihan sampai selesai. Hal ini merupakan wujud antusias peserta yang cukup besar dan Pemerintah daerah melalui Dinas KP Kab. Bonebolango sangat mendukung kegiatan ini dibuktikan dengan selesainya pelatihan para peserta langsung diberikan bantuan berupa bibit rumput laut dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Bone Bolango Desa Biluango akan dijadikan sebagai Desa percontohan budidaya rumput laut dengan dukungan 4 unit sarana prasarana budidaya rumput laut, yang berasal dari Kementerian Kelautan dan Perikanan lewat BPPP Aertembaga sebanyak 2 unit hasil praktek peserta pelatihan dan dari Dinas KP Kab. Bonebolango 2 unit. Pelatihan ditutup pada tanggal 27 Nopember 2011 oleh Kasi Usaha Pengembangan Budidaya Kab. Bonebolango Mahyudin Mataihu., S.Pi, dimana dalam sambutannya Beliau kembali mengingatkan peserta untuk tetap dapat terus melanjutkan apa yang sudah dimulai dan tidak berhenti disini, walaupun pelatihan sudah berakhir, namun diharapkan peserta dapat terus menerapkan keterampilan yang sudah diperoleh.
Guna mempermudah dalam memaknai proses komunikasi yang terjadi dalam aktivitas penyuluhan di atas, maka kita perlu mencermati model-model komunikasi terlebih dahulu. Yang dimaksud dengan model komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya (Muhammad, 2004). Beberapa model komunikasi, antara lain :
(1)   Model Lasswell
Menurut Lasswell dalam Mulayana (2004:62-65), terdapat lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain atas pertanyaan ”Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?” , yaitu: Pertama, sumber (source), Kedua,  pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima, Ketiga, saluran atau media, Keempat, penerima (reciever), yakni orang yang menerima pesan dari sumber. Kelima, efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut.
 


Gambar: Model Komunikasi Lasswell
(2)   Model David K. Berlo (1960)
Model ini dikenal dengan model SMCR, kepanjangan dari Source (sumber)Mesagge (pesan), Channel  (saluran), dan Receiver  (penerima). Dalam model Berlo tidak terlihat efek dari komunikasi.
         











Gambar: Model Komunikasi Berlo
Berdasarkan model komunikasi, maka kita dapat mencermati proses komunikasi yang terjadi pada aktivitas penyuluhan pada kegiatan penelitian yang dikaji. Unsur-unsur komunikasinya adalah, sebagai berikut:
Sumber (source): Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan Aertembaga. Perlu pembicara yang berpengalaman dibidang rumput laut.
Pesan (Mesagge): Budidaya Rumput Laut sebagai mata pencaharian alternatif. Materi memotivasi dan diharapkan memberikan pemahaman serta keterampilan dasar budidaya rumput laut.
Saluran (Channel): Dalam kelas dan praktek, lebih baik praktek lapang.
Penerima (reciever): Nelayan skala kecil, karakter nelayan yang berkinerja tangguh diharapkan mampu melakukan budidaya rumput laut.
Efek: Nelayan termotivasi untuk melakukan budidaya rumput laut namun terkendala modal dan pasar.
3.  Kesimpulan
Perlu pendampingan dan bantuan penyuluhan dalam aksi budidaya rumput laut hingga nelayan tersebut mandiri. Ini membutuhkan waktu dan proses yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri sehingga dapat memandirikan mereka.

DAFTAR PUSTAKA
Mardikanto, T.  1987.  Penyuluhan Pembangunan Perikanan.  Sebelas Maret University Press, Surakarta.
Muhammad Arni. 2004. Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara. Jakarta.
Mulyana,  A.  2008.  Komponen Kontekstual dan Jenis-Jenis Teori Komunikasi.  

Comments

Popular posts from this blog

Asumsi dan Limitasi

PARTISIPATORY RURAL APPRAISAL (PRA) PERENCANAAN PERDESAAN SECARA PARTISIPATIF

DOKUMEN HARVEST STRATEGY RAJUNGAN