KOMUNIKASI DAN PERUBAHAN SOSIAL

Black dan Bryant (1992) mendefinisikan komunikasi sebagai berikut:
(a)  Proses dimana orang-orang berbagi makna,
(b)  Proses dimana seseorang (komunikator) mengirimkan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan),
(c)  Terjadi ketika informasi melintas dari suatu tempat ke tempat lain,
(d)  Pengalihan pesan sehingga orang saling mempengaruhi, dan
(e)  Terjadi bila si A menyampaikan pesan kepada si B melalui saluran C kepada si D dengan akibat E.
Menurut Berlo (1960) model-model komunikasi dan unsurnya meliputi sumber, penerima, pesan,  saluran, akibat (respon penerima terhadap pesan) , dan umpan balik (respon penerima terhadap sumber). 
Jenis-jenis komunikasi sangat beragam sekali sesuai kegunaannya, diantaranya:
(a)  Komunikasi antar pribadi adalah komnikasi yang berlangsung antara dua orang secara tatap muka dan dalam suasana pribadi.
(b)  Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang dengan orang-orang lain dalam kelompok, berhadapan satu sama lain sehingga memungkinkan terdapatnya kesempatan bagi setiap orang dalam kelompok untuk memberikan tanggapan secara verbal.
(c)  Komunikasi organisasi adalah komunikasi yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi dan tujuan-tujuan individu dalam berorganisasi.
(d)  Komunikasi antar budaya digunakan untuk komunikasi dari komunitas yang berbeda yang melibatkan norma dan tata cara berinteraksi.
(e)  Komunikasi pembangunan adalah pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pembangunan.
(f)   Dll.
Berdasarkan penjelasan para ahli komunikasi di atas, bahwa komunikasi mempunyai beberapa tujuan diantaranya mengajak atau mempengaruhi audien untuk merubah perilakunya, perilaku individu yang berubah secara masif maka lambat laun akan membawa perubahan sosial.
Kemajuan teknologi yang berkembang pesat memaksa kita untuk dapat berkomunikasi melalui saluran tertentu ataupun dunia maya. Dari mulai telepon “Jadul” kemudian beralih ke telepon genggam, SMS-an, BBM-an, Facebook, hingga whatsApp, serta lain-lainnya mengakibatkan kita terlarut ke dalam sebuah jejaring sosial bahkan terkoneksi hingga tataran global. Kita dapat berkelompok dengan sistem group lintas batas berdasarkan profesi, teman-teman dekat, kelompok idelogi politik tertentu, kelompok aktivis, bahkan pergerakan bawah tanah pun dapat memanfaatkan teknologi ini. Betapa dahsyatnya sistem jejaring sosial saat ini melalui teknologi terkini.
Belum jelas apakah situs-situs jejaring sosial akan bertahan dan dalam bentuk apa, tapi sesudah satu dasawarsa penuh inovasi, tampaknya situs-situs itu akan tetap bersama kita. Bahkan situs jejaring sosial sekarang menawarkan fitur komunikasi langsung seperti pesan instan, e-mail, dan lain sebagainya. Pelan tapi pasti, kita sedang membawa kehidupan nyata kita ke dunia maya.
Peran dunia internet dan komunikasi massa dari mulai koran, majalah, portal berita online, televisi/digital, internet, radio dan sebagainya mengakibatkan perubahan perilaku audien dan membawa perubahan sosial yang besar. Roger (1986) mengatakan bahwa dampak sosial yang terpenting yang ditimbulkan oleh teknologi komunikasi baru adalah pengangguran, semakin dalamnya jurang informasi yang memisahkan antara si kaya dan si miskin, meningginya ketidak adilan Gender dalam penggunaan media, informasi secara berlebihan, meningkatnya pelecehan privasi, desentralisasi kekuatan dalam masyarakat, dan segmentasi audiens media massa. Bahkan menurut Albert Bandura (social learning), model atau contoh yang ada di media massa dapat diikuti oleh pemirsanya melalui pengamatan baik langsung maupun tidak langsung. Sehingga bagi petualang dan pembelajar otodidak dapat menggali banyak ilmu dari media massa.
Gambaran kemajuan teknologi komunikasi dan informasi di atas tentunya membawa manfaat dalam kehidupan sosial. Komunikasi yang efektif dirasakan dapat mengurangi ongkos bagi seorang individu jika dibandingkan dengan komunikasi secara langsung dengan tatap muka. Misalnya, dulu orang pulang kerja tanpa pikir panjang langsung naik ojeg pangkalan atau naik becak, tapi saat ini cukup sms/WA datang yang menjemput atau menggunakan aplikasi ojek secara online. Lebih dahsyat lagi saat ini perbincangan atau rapat mini dalam sebuah group profesi atau kedinasan di kantor swasta maupun kantor Pemerintah hanya menggunakan WhatsApp grup, BBM group, atau Zoom cloud meeting bahkan berjualan tanpa tatap muka langsung pun bisa dilakukan. Namun, disamping manfaat yang begitu besar juga ada permasalahan sosial yang muncul, misalnya saja adanya tindakan kejahatan baru, penipuan, kecemburuan sosial, perselingkuhan, pelecehan seksual, pornografi, dan lain sebagainya. Masalah-masalah sosial lainya dalam media massa diantaranya:
(a)  Tayangan mistik dan tahayul, efek buruknya merusak kognitif masyarakat terutama anak-anak bahaya terbesar kerusakan sikap dan perilaku.
(b)  Tayangan berbau porno, bagaimana kultur lokal mengakomodasikan masalah-masalah porno sebagai bagian dari kearifan lokal seperti di Papua suku Asmat yang sudah terbiasa dengan busana terbuka, sehingga bagaimana konteks budaya lokal memberikan kontribusi terhadap sikap dan perilaku porno itu sendiri.
(c)  Tayangan kekerasan dan sadisme.
(d)  Pembunuhan karakter (Character assassination).
(e)  Tayangan tidak bermutu lainnya.
Perubahan sosial selalu dipengaruhi oleh hal-hal baru di masyarakat yang menciptakan suatu keadaan yang berbeda dengan keadaan sebelumnya dalam sistem sosial. Jadi, pada kondisi sosial lama terdapat perbedaan, kemudian pada waktu yang berbeda dan di antara sistem sosial yang sama. Maka kondisi ini akan melahirkan perubahan sosial. Seperti yang dijelaskan oleh Sztompka (2004:3), bahwa konsep perubahan sosial mencakup tiga gagasan: (1) perbedaan; (2) pada waktu yang berbeda; (3) di antara keadaan sistem sosial yang sama. Dengan demikian, maka menurut (Hawley, 1978: 787 dalam Sztompka, 2004: 3), bahwa perubahan sosial adalah setiap perubahan yang tak terulang dari sistem sosial sebagai suatu kesatuan. Misalnya sesuatu yang baru menyebabkan perubahan dalam masyarakat melalui difusi inovasi yang mengkomunikasikan pengetahuan baru di masyarakat. Rogers (1983: 10) mengatakan bahwa, ada empat unsur dalam difusi inovasi, yaitu, (1) inovasi; (2) saluran komunikasi; (3) waktu, dan (4) sistem sosial. Keempat unsur ini berlangsung dalam sistem yang simultan, dimana masing-masing sistem itu berhubungan satu dengan lainnya selama proses difusi inovasi itu berlangsung.
Informasi yang diperoleh oleh individu dari lingkungannya yang lebih luas menghasilkan energi yang luar biasa untuk seseorang berubah. Karena lingkungan yang lebih kecil dalam kehidupan seseorang seperti lingkungan fisik akan memberi energi informasi bagi lingkungan yang ada di atasnya, sebaliknya lingkungan yang ada di atas mengontrol perilaku yang ada di bawahnya.
Menurut Herper (1989) perubahan sosial didefinisikan sebagai pergantian (perubahan) yang signifikan mengenai struktur sosial dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan menurut Himes dan Moore (dalam Soelaiman, 1998), perubahan sosial mempunyai tiga dimensi, yaitu: dimensi struktural, kultural, dan interaksional. Perubahan struktural meliputi perubahan dalam peranan, munculnya peranan baru, dan berkurangnya peranan. Dimensi kultural meliputi inovasi kebudayaan dengan munculnya teknologi baru, kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks menuntut individu untuk berpikir kreatif. Difusi melalui penyatuan unsur-unsur kebudayaan yang saling bertemu merupakan komponen eksternal yang mampu menggerakan perubahan sosial. Dimensi interaksional mengacu pada hubungan perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat, misalnya berkurangnya individu bertatap muka karena serba online.
Bentuk perubahan sosial (dan perubahan kebudayaan) dapat dibedakan menjadi: perubahan secara cepat (revolusi) dan perubahan yang lambat (evolusi). Menurut Sztompka (1994) , revolusi menimbulkan perubahan dalam cakupan luas menyentuh semua tingkatan dan dimensi masyarakat: ekonomi, politik, budaya organisasi sosial, kehidupan sehari-hari, dan kepribadian manusia. Revolusi membangkitkan emosional khusus dan reaksi intelektual pelakunya, ledakan mobilisasi massa, antusiasme, kegemparan, optimisme, dan harapan.
Faktor penyebab perubahan sosial berasal dari dalam dan dari luar (Soekanto, 1999). Faktor dari dalam seperti bertambah dan berkurangnya penduduk dan pemukiman, pemekaran wilayah, penemuan-penemuan teknologi/metode baru yang mengurangi kebutuhan tenaga kerja,  pertentangan atau konflik akibat ketimpangan sosial atau perbedaan kepentingan, dan terjadinya pemberontakan akan melahirkan berbagai perubahan. Sedangkan Faktor yang berasal dari luar seperti bencana alam yang memaksa untuk mengungsi, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Selain itu faktor yang mempercepat perubahan sosial (Soerjono Soekanto, 1974) sebagai berikut:
(a)  kontak dengan kebudayaan lain,
(b)  sistem pendidikan yang maju,
(c)  sikap menghargai hasil karya seseorang dan dan ada keinginan untuk maju,
(d)  toleransi terhadap perbuatan yang menyimpang,
(e)  sistem terbuka dalam lapisan masyarakat,
(f)   penduduk yang heterogen,
(g)  ketidakpuasan masyarakat pada bidang-bidang tertentu,
(h)  disorganisasi dalam masyarakat,
(i)   sikap mudah menerima, dan
(j)   sikap modern.
Lippit, Watson, dan Westley (1960) menyebutkan tentang kekuatan pendorong perubahan sebagai berikut:
(a)  Ketidak puasan masyarakat terhadap situasi yang ada,
(b)  Ada kesenjangan what is dan what might be,
(c)  Ada tekanan dari luar sistem sosial sehingga masyarakat berkeinginan menyesuaikan diri, dan
(d)  Adanya kebutuhan meningkatkan efisiensi.
Sedangkan faktor penghambat perubahan sosial (Soerjono Soekanto, 1974:7-239) adalah sebagai berikut:
(a)  Kurang adanya hubungan dengan masyarakat lain,
(b)  Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat,
(c)  Sikap masyarakat yang tradisional,
(d)  Vested interest (adanya kepentingan yang telah tertanam dengan kuat),
(e)  Adanya rasa takut terjadinya kegagalan pada integrasi kebudayaan,
(f)   Adanya prasangka terhadap hal-hal baru,
(g)  Adanya hambatan yang bersifat ideologis, dan
(h)  Adat atau kebiasaan.
Sejalan dengan itu, Lippit, Watson, dan Westley (1960) menyebutkan bahwa penghambat perubahan tersebut disebabkan adanya kekuatan bertahan (resistence forces) yang menurunkan kemauan masyarakat diantaranya:
(a)  Ketidakyakinan perubahan yang ditawarkan akan membawa perbaikan,
(b)  Perlu bukti nyata akan kegiatan yang cepat dirasakan dan perlu dihubungkan dengan kebutuhan pokok masyarakat,
(c)  Sumber perubahan dianggap tidak tepat (ada kesangsian/tidak meyakinkan),
(d)  Tidak tersedia fasilitas yang diperlukan,
Kekuatan pengganggu perubahan Lippit, Watson, dan Westley (1960) adalah sebagai berikut:
(a)  Kekuatan masyarakat yang saling bersaing: mengambil hati/cari nama,
(b)  Kesulitan/kerumitan perubahan, dan
(c)  Terbatasnya sarana perubahan.
Peran komunikasi terhadap perubahan sosial dimana? Tentunya sudah sangat jelas komunikasi dapat mempercepat proses perubahan sosial, sehingga tanpa kita sadari mungkin dalam hal-hal tertentu kita sebenarnya telah mengalami perubahan sosial. Sistem komunikasi yang semakin cepat dan efektif akan menimbulkan cara berfikir baru, sikap dan tindakan yang baru dalam penyelesaian permasalahan sosial.
Perubahan sosial dalam masyarakat dunia maya dikenal dengan dua konsep perubahan. Pertama adalah perubahan fisikal yang ada dalam mesin-mesin komputer ikut mempengaruhi gagasan-gagasan masyarakat untuk memanfaatkan komputer itu atau upgrade atau meningkatkan kemampuan dengan perangkat teknologi yang lebih baik. Begitu cepat perubahan itu terjadi sehingga beberapa generasi manusia (nenek, ayah, cucu, bahkan cicit) dalam masyarakat nyata dapat menikmati secara bersama-sama sebuah generasi terakhir teknologi informasi.
Kedua, pada sisi lain perubahan yang terjadi dalam masyarakat maya adalah perubahan yang lebih tepat disebut sebagai perubahan sosial, dimana perubahan yang terjadi itu merupakan sebuah hukum alam serta setiap saat menimbulkan masalah baru. Dalam konsep ini, berbagai masalah dalam masyarakat maya muncul merupakan refleksi dari realitas masyarakat nyata, termasuk ketika dunia ini rentan terhadap berbagai masalah sosial, mulai dari pelanggaran norma susila, penyebaran virus sampai dengan kriminalitas, dan peperangan atau lebih dikenal dengan cyber crime.
Dengan demikian komunikasi sebenarnya faktor kunci dan sangat penting dalam menentukan bentuk perubahan sosial, mempercepat, mendorong, ataupun memicu perubahan sosial.

Daftar Pustaka
Sosiologi Komunikasi, Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin, S.Sos, M.Si, Kencana Prenada Media Group, 2008.
Teori Komunikasi, Werner J. Severin, James W. Tankard, Jr, Kharisma Putra Utama, 2011.
Dahsyatnya kekuatan jejaring Sosial Mengubah Hidup Kita, Nicholas A. Christakis, M.D, Ph.D. & James H. Flower, Ph. D., Kompas Gramedia, 2010.
Sosiologi Perubahan Sosial, Nanang Martono, Rajawali Press, 2011.
Dasar- dasar Komunikasi, Aida Vitayala S. Hubeis, Sains KPM IPB Press,



Comments

Popular posts from this blog

Asumsi dan Limitasi

PARTISIPATORY RURAL APPRAISAL (PRA) PERENCANAAN PERDESAAN SECARA PARTISIPATIF

DOKUMEN HARVEST STRATEGY RAJUNGAN