RIZAL RAMLI


Siapa Rizal?
Rizal Ramli seorang pejabat negara yang diperhitungkan kawan maupun lawan sepanjang sejarah di beberapa kali kabinet yang pernah dijabatnya. Awal jabatan beliau adalah sebagai kepala bulog yang saat itu perlu pembenahan karena target yang sering tidak tercapai. Beliau mencoba merotasi kepala dolog di setiap provinsi dengan mereposisi tempat basah dan tempat kering, akhirnya menunjukkan keberhasilan dengan mengurangi praktik-praktik korupsi di tubuh bulug dan dolog.
Gusdur pun memberikan kepercayaan pada beberapa posisi Menteri yaitu Menteri Keuangan dan Menko Perekonomian. Tidak berhenti sampai disitu Rizal Ramli pun dipercaya menjadi Menteri di era presiden Megawati. Kepercayaan Megawati pun diteruskan pada presiden Jokowi yang saat ini dipercaya sebagai Menko Kemaritiman dan Sumber Daya Alam. Kementerian tersebut membawahi Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Perhubungan, dan Menteri ESDM.
Sepak terjang beliau sangat unik karena sarat pengalaman pada masa lampau sehingga beliau mampu memetakan orang-orang dan kelompok-kelompok tertentu yang memiliki kepentingan tersembunyi termasuk urusan korupsi. Jokowi menghadirkan beliau di kabinetnya memberikan dampak positif untuk melindungi dirinya dari serangan-serangan kepentingan yang Jokowi sendiri sebagai pendatang baru di pemerintahan dan politik membutuhkan seorang penasehat politik.
Kepemimpinan Rizal Ramli mempunyai prinsip rangsangan yaitu menstimulasi orang lain atau bawahannya untuk bertindak. Upaya kritik yang dilontarkan terhadap kinerja pelabuhan sehingga memaksa dwelling time  menjadi 3 hari kerja, tidak hanya itu konektivitas kereta barang dari pelabuhan juga dibuka. Kritik terhadap penggunaan token listrik membuat PLN berbenah kembali. Kritik terhadap kontrak karya Freeport hingga akhirnya menggusur Setya Novanto dari ketua DPR, kasus yang penuh dengan kepentingan politik antara kubu KMP dan KIH.
Pengalaman dan keahliannya sering memposisikan Rizal sebagai referensi untuk orang-orang muda yang baru menginjakkan kakinya di pentas nasional. Beliau sering membuat opini tertentu dan menggiring publik untuk mendukung pendapatnya. Sifat sederhana dan rendah hati berhasil menjadi daya tarik publik.
Rizal dan Konflik
Pada masa kerja kepemimpinannya, Rizal dekat sekali dengan konflik. Bahkan konflik tersebut seolah-olah bersumber dari dirinya sendiri. Konflik yang dimunculkan seringkali menjadi stimulan bagi pihak lain atau bawahannya untuk segera berbenah. Tanpa disadari konflik sering merepotkan dirinya sendiri karena berhubungan erat dengan peran beliau sebagai Menteri koordinator. Konflik sendiri sering menuai kritik publik bahwa seharusnya sebuah masalah secara internal dapat dibicarakan terlebih dahulu tanpa membuat gaduh diranah publik.
Weber (2002) mengelompokkan konflik antara lain: (1) konflik ditimbulkan karena akses terhadap kekuasaan tidak merata, (2) dominasi dalam mencapai tujuan sehingga suatu kelompok cenderung merugikan kelompok yang lain, (3) konflik antar individu yang saling berhubungan sehingga menimbulkan konflik peran.
Keseringan Rizal dalam memulai konflik berhubungan dengan konflik antar individu dan kadang-kadang berkaitan juga dengan peran dirinya. Misalnya kasus surat jawaban PT. Freeport perihal perpanjangan kontrak yang diterbitkan oleh Sudirman Said tanpa sepengetahuan dirinya. Isi surat tersebut menurut Rizal kurang tepat karena seolah-olah memberikan harapan perpanjangan kontrak jika persyaratan pemerintah terpenuhi. Publik berkesimpulan bahwa Menko tidak dianggap sebagai koordiantor. Rizal tidak mau hal seperti itu terjadi meskipun memang selama ini peran Menko sering diabaikan oleh Menteri yang menangani bidang teknis. Selama ini Menko dibentuk hanya untuk jatah kursi kabinet untuk partai politik.
Selain itu, sering pula aksi Rizal membuat konflik antar kelompok sehingga kelompok yang tadinya bersembunyi mulai tampak ke permukaan karena terpancing. Aksi ini sangat berbahaya karena masing-masing kubu memiliki kekuatan politik, militer, dan ekonomi bahkan media. Rizal sebagai pemain yang berpengalaman mengetahui kondisi tersebut dan bagaimana dia harus memerankannya. Namun bagi publik yang tidak cerdas melihat peristiwa tersebut sering menganggap salah aksi Rizal.
Dalam hal ini sependapat dengan Weber bahwa bagian terpenting konflik adalah konflik peran dimana Rizal harus berani dan percaya diri dengan argmen-argumen yang dikeluarkannya. Peran beliau seharusnya dibuktikan bahwa beliau sebagai seorang Menteri Koordinator yang tulus mengabdi untuk rakyat. Kasus token listrik, rencana pengadaan listrik 35.000 Mega Watt, Freeport, pengadaan pesawat dari China, dwelling time yang semuanya itu penuh dengan kepentingan korupsi para pemburu rente.
Namun demikian, menurut Sumardjo (2015) menjelaskan bahwa konflik yang berasal dari seorang pemimpin seharus konflik yang dapat membawa kebaikan. Pengertian manajemen konflik sebenarnya bukan terletak pada kepiawaian dalam menciptakan konflik akan tetapi lebih pada manajemen potensi konflik. Jalur konflik bertahap mulai dari kompetisi à konflik à kontravensi à dan kerjasama, itu semua perlu dikelola dengan baik. Apabila potensi dikelola dengan baik maka (1) positif bagi perubahan yang dikehendaki, (2) terjadi tekanan dan tegangan positif, (3) meningkatkan dinamika soliditas ke dalam.
Kemunculan konflik sendiri sebenarnya dilandasi dengan motif tertentu. Motivasi yang kuat untuk memunculkan konflik akan meningkatkan rasa percaya diri yang kuat dan memperkuat argumen-argumen yang telah dilontarkan diranah publik. Menurut Sadono (2015) mengutip pendapatnya Maslow dari teori kebutuhan hirarki, menjelaskan bahwa motivasi dapat berasal dari kebutuhan dengan tingkat kepuasan tinggi dan rendah. Kebutuhan dengan tingkat kepuasan yaitu:
Urutan kebutuhan dengan tingkat kepuasaan yang lebih tinggi
1.    Kebutuhan aktualisasi
a.    Keleluasaan dan otonomi kerja
b.    Pekerjaan yg kreatif dan menantang
c.    Keikutsertaan dalam pengambilan keputusan
2.    Kebutuhan harga diri
a.    Tanggungjawab pada pekerjaan penting
b.    Promosi
c.    Penghargaan
Urutan kebutuhan dengan tingkat kepuasaan yang lebih rendah
3.    Kebutuhan sosial
a.    Rekan kerja yg bersahabat
b.    Hubungan dengan pelanggan
c.    Supervisor yg ramah
4.    Kebutuhan keamanan
a.    Keamanan kerja
b.    Kondisi kerja
c.    Gaji layak
5.    Kebutuhan fisiologis
a.    Waktu istirahat
b.    Kenyamanan fisik
c.    Jam kerja

Motivasi Rizal sangat dimungkinkan karena motif untuk memenuhi kebutuhan dengan tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Kebutuhan akan harga diri dan aktualisasi diri terutama yang berhubungan dengan tanggungjawab pada pekerjaan penting dan keikutsertaan dalam mengambil sebuah keputusan penting, menjadikan motivasi yang sebenarnya mengapa beliau memunculkan konflik. Rasa tanggungjawab pada rakyat dan beliau merasa dilangkahi atau tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan penting sering menjadi motivasi konflik. Apapun kasus-kasus penting mengenai penguasaan sumber daya alam Indonesia Rizal harus menjadi bagian penting yang harus diajak bicara.

Gaya kepemimpinan Rizal
Setahun menjabat Menko Kemaritiman dan Sumber Daya Alam yang membawahi Menteri Kelautan dan Perikanan: Susi Pudji Astuti; Menteri Perhubungan: Ignasius Jonan; Menteri ESDM: Sudirman Said. Rizal berperan sebagai pemimpin yang memperlakukan bawahannya secara berbeda. Gaya kepemimpinan Rizal lebih pada situasional.
Perlakuan Menko ini tentunya dengan melihat karakteristik kepemimpinan bawahannya. Menurut Kouzes dan Posner (2004) karakteristik kepemimpinan berdasarkan riset yang dilakukannya adalah sebagai berikut:
  1. Ambisi tetapi tidak terlalu ambisius (21%)
  2. Broad Minded : Wawasan Luas (40%)
  3. Caring (20%)
  4. Competent (66%)
  5. Cooperative (28%)
  6. Courageous (20%)
  7. Dependable : Teguh dan dapat diandalkan (33%)
  8. Determined (24%)
  9. Fair-Minded (42%)
10.                Forward Looking (71%)
  1. Honest (88%)
  2. Imaginative (23%)
  3. Independent (6%)
  4. Inspiring (65%)
  5. Intelligent (47%)
  6. Loyal (14%)
  7. Mature (17%)
  8. Self Controlled (8%)
  9. Straightforward (34%)
  10. Supportive (35%)

Empat point penting penekanan karakteristik seorang leader menurut Kouzes dan Posner adalah kompeten, berpandangan jauh/visioner, jujur, dan menginspirasi. Jika kita petakan terhadap kepemimpinan Rizal dan bawahannya maka didapat tabel berikut.
No.
Karakter pemimpin
Rizal Ramli
Susi Pudji Astuti
Ignasius Jonan
Sudirman Said
1.
kompeten
2.
visioner
-
3.
jujur
4.
menginspirasi
-
-

Kepemimpinan mereka sebenarnya berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam. Indonesia yang kaya akan sumber daya alam sering menjadi arena permainan kepentingan asing. Orang Indonesia sendiri lebih senang menjadi agen asing atau perwakilan asing yang ada di Indonesia. Agen asing mendirikan perusahaan berbadan hukum tetapi faktanya hanya berbentuk pengerukan sumber daya alam sehingga pemanfaatan sumber daya alam tidak memberikan manfaat yang signifikan bagi kesejahteraan rakyat. Kebocoran kekayaan negara ini sudah mulai dicermati saat ini.
Namun demikian, bagi tipe pemimpin yang tidak memahami peta permainan asing sering blunder dengan pemahaman akan kepastian investasi usaha di Indonesia terutama yang bergerak di bidang pertambangan dan migas. Pemahaman tersebut sering mengaburkan praktek-praktek pencurian kekayaan negara. Akhirnya kontrak tambang dan migas yang berjangka panjang sering dijadikan polemik dan arena bermain orang-orang politik, militer, dan para pengusaha.
Kejujuran dan kompetensi dari mereka sudah tidak diragukan lagi tetapi jika berbicara visi dan ide baru maka itu dilandasi oleh hasil belajar mereka selama ini. Susi meskipun berpendidikan menengah namun beliau peka dan sadar akan visi kedaulatan bangsa dalam mengelola laut. Lisensi perikanan yang berjangka 1 tahun memudahkan aksi beliau untuk menunda perpanjangan izin menangkap ikan sampai dengan evaluasi tingkat lanjut. Akibatnya orang-orang politik yang berkepentingan dengan itu mulai kelihatan batang hidungnya terpancing ke luar arena sehingga memudahkan langkah Susi selanjutya. Susi juga mempunyai inspirasi dengan gagasan barunya yang brilian dimana tempat pelelangan ikan yang selama ini dikelola oleh Dinas Perikanan akan dilimpahkan pada koperasi. Ekonomi akan tumbuh jika keterlibatan masyarakat dalam mengelola ikan meningkat. Hal ini tidak pernah terpikirkan sebelumnya sehingga seringkali kelembagaan pemerintah terlalu top down dan menimbulkan kebekuan ekonomi ditingkat akar rumput.
Berbeda dengan Susi, Menteri ESDM Sudirman Said lebih dihadapkan pada visi kemudahan iklim investasi sehingga sering melawan arus opini publik. Kontrak karya bidang ESDM yang sangat panjang dan sering diburu oleh para pemburu rente belum begitu menyadarkan beliau. Pada kesempatan ini Rizal sering membuat stimulan teguran sebagai seorang yang sudah berpengalaman, dan mau tidak mau saat ini Sudirman Said mulai menyadari hal itu.
Ignasius Jonan, Menteri Perhubungan memilki peran penting dalam kabinet Jokowi. Menjadikan Indonesia menjadi poros maritim dunia dengan membangun tol laut menjadikan Jonan establish menerima visi tersebut. Konektivitas antar pulau dengan tol laut dan kereta menjadi target Jonan. Namun, dalam perjalanannya beliau kurang memiliki ide-ide baru. Bahkan pengalaman beliau sebagai bagian dari Kementerian BUMN menyandra beliau untuk menjadi seorang pejabat yang taat hukum. Undang-undang Transportasi yang melarang pelat hitam mengangkut penumpang menuai kritik dari para ojek dan gojek.
Rizal memperlakukan Susi, Jonan, Dan Sudirman Said secara berbeda sesuai dengan tingkat kemauan dan kemampuan dalam merubah paradigma pengelolaan sumber daya alam. Teori gaya kepemimpinan situasional yang dikemukakan Fiedler, Harsey – Blanchard memberikan arahan bagi pemimpin untuk melihat bawahannya dan apa yang harus dilakukan seorang pemimpin. Gaya kepemimpinan Rizal terhadap bawahannya dapat digambarkan dengan diagram di bawah ini. Gambar ini paling tidak dapat menjelaskan gaya kepemimpinan seorang Menko Kemaritiman dan Sumber Daya Alam.

Tipe yang berbeda-beda tapi tidak sulit bagi Rizal untuk melihat bawahannya. Sepak terjang yang sudah dilakukan bawahannya meyakinkan beliau dengan mudah untuk memberikan arahan.
Untuk memahami follower, selanjutnya Uchrowi (2015) memberikan petunjuk dengan menggunakan diagram warna merah, kuning, hijau, dan biru. Warna tersebut menunjukkan kekuatan karakter personal seorang pengikut atau pemimpin. Rizal pun dapat memetakan bawahannya sebagai berikut.











Otak Kiri                                                      Otak Kanan


IQ= Analyser, sistem





SQ= Supporter, kultural, spiritual

AQ= Controlling, mental fisikal, aturan main, tujuan.





EQ= Emosi sosial, promotor, ide baru, marketing, persuasif.


Seorang Rizal mungkin akan memahami bahwa Jonan dan Sudirman Said lebih tepat di posisi kuning, sedangkan Susi dimungkin ada pada area merah. Jonan dan Said lebih pada keteguhan pada aturan main dan tujuan. Sedangkan Susi lebih pada terobosan baru dan berani mengambil resiko akan tindakan yang dilakukannya.

Simpulan
Rizal dalam waktu singkat sudah dapat memetakan bawahannya meskipun baru beberapa bulan menjabat. Rizal sebagai seorang yang pembelajar. Posisi beliau saat di luar arena dimanfaatkan untuk mengamati kinerja orang-orang seperti Susi, Jonan, dan Sudirman Said. Pada akhirnya ketika beliau diminta Jokowi untuk berada pada barisannya beliau sudah punya mapping yang tepat terhadap individu maupun kelompok yang sedang berada di atas pentas.
Kesederhanaan dan keberanian Rizal dimungkinkan dapat dijadikan modal untuk memposisikan beliau ke arah kedudukan yang lebih tinggi. Disamping itu kedekatan beliau dengan kelompok-kelompok non pemerintah dapat lebih mendorong karir beliau. Satu hal lagi yang perlu disadari Rizal bahwa jiwa kepemimpinan terletak pada kekuatan personal.







Comments

Popular posts from this blog

Asumsi dan Limitasi

Cara Menilai atau Evaluasi Hasil Study Tour atau Studi Banding

TEORI BELAJAR SOSIAL (SOCIAL LEARNING THEORY)