Daun Jati dan Toilet Duduk

Di dalam video pemetik daun jati yang dinyanyikan oleh Franky dan Jane saya mendapati realitas kehidupan pemetik daun jati yang tinggal di desa. Sebenarnya hingga detik ini pengumpul daun jati mungkin masih ada, tapi karena terjadi tekanan industri kertas pembungkus mengakibatkan matapencaharian pengumpul daun jati menjadi berkurang dan terancam punah. Namun demikian di beberapa tempat di Provinsi Jawa Barat daun jati masih digunakan untuk pembungkus nasi. Biasanya pada acara-acara tertentu seperti pesta pernikahan, dan sebagainya. Bahkan di Cirebon daun jati sudah menjadi identitas untuk pembungkus nasi atau ‘sega jamblang’, pembeli biasanya tidak akan tertarik dengan nasi yang dibungkus kertas.
Secara logika mungkin dapat dibuat hipotesa bahwa kertas pengganti daun jati sebagai pembungkus nasi menyebabkan permintaan menjadi menurun sehingga banyak pengumpul daun jati yang kehilangan matapencahariannya. Untuk memecahkan permasalahan ini perlu pendekatan berbagai ilmu. Saya tidak ingin mengatakan ini ranah ilmu sosial, karena ini juga terkait ranah ekonomi, bahkan mungkin politik.
Seandainya kita menggunakan metode penelitian dengan ilmu sosial saja mungkin kita akan mengungkap kebenaran bahwa sistem sosial masyarakat pemetik dan pengguna daun jati tidak mempunyai kelembagaan dan ketangguhan sosial yang kuat untuk membendung pengaruh dari luar sehingga sistem tersebut bisa bertahan. Secara politik pemerintah mungkin dilema untuk mempertahankan keberlanjutan matapencaharian pengumpul daun jati karena tuntutan pertumbuhan ekonomi negara.
Sulit memang untuk mengembalikan kejayaan daun jati hanya dengan satu pendekatan saja. Untuk itu perlu berbagai pendekatan dan model penelitian yang digunakan untuk menemukan jalan keluar sehingga daun jati dikenal baik sebagai pembungkus nasi di zaman sekarang. Upaya untuk hal itu dimungkinkan dapat dilakukan hal-hal berikut:
(1)   Pendekatan sosial dengan adaptasi pengetahuan lokal atau tradisional dengan pengetahuan baru yang dapat menumbuhkan inovasi daun jati berdaya saing,
(2)   Perlu riset teknologi untuk mengindustrikan daun jati, misalnya daun jati yang dikemas dan daun jati yang tidak gampang layu,
(3)   Keberpihakan dan komitmen politik untuk mempertahankan keberlanjutan matapencaharian pengumpul daun jati melalui fasilitasi dan promosi kekayaan pengetahuan dan budaya lokal.
Berbeda dengan matapencaharian daun jati, tentunya bisnis toilet modern dengan produknya squatty potty atau penyangga kaki pada toilet untuk membantu posisi tubuh dalam proses pembuangan kotoran, sangat padat riset, teknologi dan science. Produk yang dihasilkan harus benar-benar teruji kebenarannya secara ilmiah. Walaupun banyak orang tidak pernah ada keluhan dalam hidupnya selama menggunakan toilet konvensional.
Untuk meyakinkan konsumen harus lebih banyak melakukan riset, misalnya usia harapan hidup manusia yang menggunakan toilet modern lebih dari yang menggunakan toilet biasa. Masyarakat awam tidak akan dengan mudah mempercayai hasil riset science, mereka cenderung mempercayai pengalaman dan pengetahun lokal. Bahkan sebagian besar masyarakat tabu dan canggung ketika harus membuang kotoran sambil duduk. Apakah dengan menggunakan toilet modern hidup kita akan menjadi lebih sehat? Pertanyaan-pertanyaan ini yang harus dijawab oleh lembaga riset pabrik toilet tersebut.
Video toilet modern tersebut sebenarnya secara utuh telah menggambarkan aspek-aspek filsafat ilmu seperti ontologi, epistemologi, dan aksiologi berdasarkan science formal. Berdasarkan cara pandangnya merekomendasikan squatty potty atau penyangga kaki pada toilet selama proses pembuangan.
Keputusan khalayak untuk menggunakan toilet modern tentunya akan sangat ditentukan beberapa hal:
(1)   Merubah perilaku membuang kotoran dari jongkok menjadi duduk sulit karena sudah menjadi kebiasaaan yang lama,
(2)   Khalayak menganaggap tidak ada keluhan apapun seperti yang digambarkan oleh video tersebut selama menggunakan toilet biasa,
(3)   Perlu biaya yang besar untuk membuat toilet modern sehingga khalayak sulit untuk mengadopsi inovasi tersebut,
(4)   Kebiasaan buang kotoran yang dilakukan sekarang sudah turun temurun dan bagian dari pengetahuan tradisonal.


Sehingga untuk mengembangkan bisnis toilet modern tersebut perlu dikembangkan berbagai riset yang dapat mengungkap kebenaran dengan metode riset dan pertimbangan pengetahuan lokal atau tradisional. Selain itu perlu mempertimbangkan kebudayaan masyarakat yang terbiasa dengan buang kotoran sambil jongkok guna pengembangan produk toilet modern yang lebih mudah diterapkan di negara berkembang.

Comments

Popular posts from this blog

Asumsi dan Limitasi

PARTISIPATORY RURAL APPRAISAL (PRA) PERENCANAAN PERDESAAN SECARA PARTISIPATIF

DOKUMEN HARVEST STRATEGY RAJUNGAN