Elektronik Logbook Perikanan


Perikanan laut dunia menghadapi masalah keterbatasan data (poor fisheries data), terlebih lagi bagi negara-negara tropis yang memiliki karakteristik perikanan yang multi spesies, multi gear, dan multi spatial. Indonesia termasuk negara tropis cenderung memiliki kekurangan data jika dibandingkan dengan keragaman spesies ikan yang ada di laut. Oleh karena itu, arah tindakan pengelolaan perikanan ditentukan oleh hasil analisis kuantitatif hasil tangkapan dan upaya penangkapan ikan. Data-data produksi per kelompok ikan, alat penangkapan ikan, dan ukuran grosstonnage kapal menjadi data pokok untuk menilai stok ikan. Selain itu,  secara terpisah data input dan output  perikanan tuna di Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia diperlukan oleh organisasi pengelolaan perikanan regional (RFMO) sebagai pengelola yang sah sesuai amanat UNCLOS 1982 untuk menentukan kuota penangkapan ikan masing-masing negara anggota. Indonesia sebagai negara pioneer dalam penerapan E-logbook diharapkan dapat memperkaya data perikanan tangkap.
Indonesia sebenarnya memiliki statistik perikanan tangkap yang baik. Data ini terdiri dari data produksi yang berasal dari pencatat data pendaratan ikan baik yang ada di pelabuhan perikanan unit pelaksana teknis pusat  maupun yang ada di pangkalan pendaratan ikan unit pelaksana teknis daerah dibawah Dinas Perikanan Provinsi maupun Kabupaten. Tidak hanya itu, untuk mendukung kebutuhan data RFMO, unit kerja statistik perikanan tangkap terintegrasi dengan database logbook penangkapan ikan, sehingga  mampu menyajikan data yang spesifik terutama jumlah ekor tuna, jumlah mata pancing, dan lokasi koordinat setting. Bagian statistik perikanan tangkap menjamin kualitas data melalui proses validasi data berjenjang baik di tingkat kabupaten, provinsi, maupun pusat.
Pengaruh perilaku konsumen ikan terutama di negara-negara maju mengakibatkan perubahan paradigma pengelolaan perikanan dari tujuan biologi meningkat ke tujuan biologi, sosial, dan ekonomi. Pasar secara langsung mempengaruhi pengelolaan perikanan. Saat ini, konsumen cerdas meninginkan produk yang berkualitas, aman untuk dikonsumsi, dan ramah lingkungan. Oleh karena itu, pengelola perikanan harus mampu menunjukkan ketelusuran hasil perikanan (traceability).
Peran log book penangkapan ikan semakin meningkat sebagai data pokok yang dapat menyajikan ketelusuran produk perikanan. Selain itu, informasi koordinat setting penangkapan juga penting untuk mengetahui habitat unik di laut dan karakteristik area penangkapan ikan. Koordinat setting menjadi data utama dalam log book penangkapan ikan sehingga perlu ditingkatkan kualitasnya dengan teknologi informasi terkini. E-logbook menjadi jawaban untuk meningkatkan kualitas data koordinat setting. E-logbook juga mengurangi kesalahan input oleh petugas logbook di pelabuhan perikanan yang menginput secara manual. Kualitas data E-logbook juga terjamin dengan adanya proses verifikasi oleh petugas pelabuhan terhadap laporan E-logbook yang telah dikirim secara elektronik di atas kapal penangkapan ikan. Bahkan, sebelum pengolahan dan penyajian data logbook penangkapan ikan dilakukan juga proses validasi data oleh pejabat fungsional pengelola produksi perikanan tangkap (P3T).
Arti penting e-log book ini juga untuk mengurangi konsumsi kertas (paperless), dan mengurangi jumlah sumber daya manusia yang menginput data logbook melalui sistem aplikasi logbook penangkapan ikan.  Selain itu, aplikasi E-logbook dirancang semudah mungkin agar nelayan mampu menerapkan aplikasi berbasis android yang dapat diunduh di playstore. Aktivasi login juga dibantu oleh syahbandar perikanan untuk meningkatkan jumlah pengguna E-logbook.
E-logbook penangkapan ikan dalam implementasi dan perkembangannnya perlu dukungan para pemangku kepentingan seperti asosiasi perikanan dan organisasi non pemerintah yang memiliki visi yang sama untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas data perikanan di Indonesia. Peran stakeholders juga diharapkan mampu meningkatkan penerapan E-logbook penangkapan ikan terutama untuk kapal penangkapan ikan yang berukuran kurang dari 30 GT yang berada di daerah-daerah terpencil. Perusahaan perikanan sebagai pembeli hasil tangkapan dan bermitra dengan nelayan-nelayan juga diharapkan menjadi fasilitator dan pendamping nelayan agar mampu menerapkan E-logbook.
Setidaknya diperlukan strategi dalam penerapan E-logbook penangkapan ikan di Indonesia, diantaranya: (1) menyusun rencana penerapan E-logbook khususnya untuk kapal penangkapan ikan berukuran kurang dari 30 GT di daerah-daerah terpencil, (2) meningkatkan dukungan stakehoders baik organisasi pemerintah maupun perusahaan penangkapan ikan yang bermitra dengan nelayan, (3) Penyuluh dan stakeholders dapat berperan aktif dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan E-logbook bagi awak kapal penangkapan ikan, (3) berkomitmen dalam integrasi database dengan sistem informasi perikanan lainnya terutama berkaitan dengan sistem VMS dan ketelusuran produk perikanan laut, (4) mengolah dan menyajikan informasi yang diperlukan oleh publik, (5) meyakinkan nelayan terhadap manfaat yang diperoleh jika patuh melaporkan E-logbook penangkapan ikan, (6) merevisi PERMEN-KP Nomor: 48 Tahun 2016 tentang log book penangkapan ikan, (7) meningkatkan kualitas data jenis hasil tangkapan terutama jenis ikan non target dan jenis ikan yang dilindungi, dan data perikanan tuna melalui E-logbook penangkapan ikan.

Comments

Popular posts from this blog

Asumsi dan Limitasi

Cara Menilai atau Evaluasi Hasil Study Tour atau Studi Banding

TEORI BELAJAR SOSIAL (SOCIAL LEARNING THEORY)