1. Pendahuluan Latar Belakang Dalam melakukan penelitian ilmiah, tentunya dibatasi dalam banyak hal. Kekurangan ini meliputi ketersediaan sumber daya dan bahkan proses penalaran sendiri. Keunggulan sebuah penelitian ilmiah dapat dilakukan sejauhmana kemampuan menutupi kekurangan, baik berasal dari diri sendiri dan kekurangan dari pilihan yang dibuat, dan kemudian menyesuaikan cara terbaik mungkin dengan menggunakan asumsi dan keterbatasan. Peneliti seringkali mengalami kebingungan tentang apa yang dimaksud asumsi, keterbatasan, dan ruang lingkup. Asumsi dalam penelitian kita adalah hal-hal yang di luar kendali peneliti, tetapi jika asumsi tidak ada penelitian menjadi tidak relevan. Misalnya, Jika sedang melakukan survei, peneliti perlu berasumsi bahwa orang akan menjawab dengan jujur. Jika memilih sampel, peneliti perlu mengasumsikan bahwa sampel ini mewakili populasi. Leedy dan Ormrod (2010) mengemukakan, "Asumsi adalah begitu mendasar bahwa,...
1. Latar belakang Keberhasilan program pemberdayaan dimanapun ditentukan oleh kemampuan penyuluh atau agen perubahan dalam melakukan penilaian potensi, masalah, dan kebutuhan kelayan. Penilaian ini sering dilakukan dengan teknik need assesment . Teknik ini termasuk kategori PRA. Metode PRA lebih komprehensif dalam perencanaan program pemberdayaan. PRA adalah seperangkat metode pendekatan yang diharapkan dapat digunakan untuk memfasilitasi masyarakat sehingga dapat: saling berbagi pengetahuan dan pengalaman; menganalisis kondisi kehidupannya; membuat rencana kegiatan berdasarkan hasil analisisnya. Metode ini sangat bermanfaat terutama dalam mengenal masyarakat (diri mereka sendiri), mengenal masalah & identifikasi kebutuhannya dan penyadaran diri mereka. Metode PRA dilandasi oleh prinsip pendidikan orang dewasa adalah bahwa pendidikan bukanlah sekedar pengalihan informasi baku dari guru kepada murid melainkan sesuai dengan sifat dasar orang dewa...
Potensi lestari rajungan di Indonesia diperkirakan sebesar 60.000 ton per tahun. Pada tahun 2017, Asosiasi Perikanan Rajungan Indonesia (APRI) telah memanfaatkan rajungan berkarapas sebesar 63.000 ton. Provinsi Jawa Timur tercatat sebagai sentra produksi terbesar dengan 33,5% dari total produksi nasional. Sedangkan Provinsi Jawa Barat dengan sentra andalannya kabupaten Indramayu dan Cirebon hanya berkontribusi sebesar 1,6% saja. Estimasi potensi perikanan rajungan sudah terdokumentasi khusus dalam Keputusan Nomor 50/KEPMEN-KP/2017 tentang Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan dan Jumlah Tangkapan yang diperbolehkan (JTB) di WPPNRI. Status pemanfaatan rajungan di Indonesia masih baik namun sudah mengindikasikan overekspolited di WPPNRI 711 dan 717. Faktor-faktor yang menentukan biomasa adalah karakteristik biologi rajungan sangat cepat berkembang biak atau fast growth, spesies menetap ( sedentary fishes ), dan tingkat kematian alaminya termasuk tinggi. Tantangan pembangunan berkel...
Comments
Post a Comment