TEORI SISTEM SOSIAL DALAM PENYULUHAN PERIKANAN


1.      Latar belakang

Undang-undang Nomor: 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan mendorong Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk menyediakan sarana dan prasarana penyuluh perikanan. Bidang Perikanan pasca berpisah dari Kementerian Pertanian dibagi menjadi 2 subsektor yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Sektor perikanan sebenarnya telah memiliki modal dan pengalaman organisasi dalam mengembangkan usaha penangkapan dan budidaya ikan.
Pengembangan usaha penangkapan ikan berhubungan erat dengan masalah nelayan. Saat ini nelayan masih dianggap kurang diperhatikan oleh Pemerintah sehinggga ini menjadi tantangan bagi penyuluh perikanan tangkap untuk merencanakan dan merubah kualitas hidup mereka menjadi mandiri dan sejahtera. Nelayan dalam menjalankan usahanya sangat dipengaruhi oleh iklim dan alam. Perubahan iklim dan fluktuasi sumberdaya ikan di laut mengakibatkan nelayan harus beradaptasi. Disamping itu tantangan lainnya adalah ketergantungan yang tinggi pada bahan bakar solar. Biaya operasi untuk melaut diperkirakan mencapai 40% – 70% per trip. Nelayan yang sukses menangkap ikan di laut saat mendarat harus mampu memasarkan hasil tangkapannya. Oleh karena itu diperlukan penguatan modal, teknologi, dan pasar. Penguatan tersebut tidak hanya fokus pada penyediaan infrastruktur fisik, akan tetapi perlu peningkatan kemampuan dan kapasitas SDM nelayan agar mampu secara mandiri mengakses teknologi, modal, dan pasar.
Peningkatan kapasitas nelayan adalah dengan merencanakan dan merubah pengetahuan, sikap, dan perilaku. Untuk merubah perilaku diperlukan inovasi. Inovasi dalam perikanan tangkap berupa gagasan, metoda, teknik, dan alat menangkap ikan.  Inovasi tersebut harus didifusikan dan diintegrasikan ke dalam sistem nelayan. Kementerian Kelautan dan Perikanan telah membangun sistem jaringan kelembagaan yang menghubungkan researcher dengan nelayan. Aliran inovasi dikelola dengan baik oleh kelembagaan penyuluh perikanan  sehingga mudah diadopsi oleh nelayan. Kelembagaan penyuluh perikanan  berperan sebagai penghubung komunikasi timbal balik antara ilmuwan/researcher dan nelayan.
Untuk meningkatkan kapasitas nelayan dan penyuluh perikanan KKP membangun cyber extension yang berguna untuk menyebarkan inovasi dibidang kelautan dan perikanan. Materi yang disebarkan berupa video, poster, petunjuk teknis, dan berita.
Namun demikian, tingkat pemanfaatan cyber extension masih rendah baik oleh penyuluh perikanan maupun nelayan. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat pemanfaatan diantaranya pemetaan sistem sosial dalam cyber yang belum bisa menggambarkan kondisi real di masyarakat nelayan.
Berdasarkan data Simluh KP 2013 jumlah penyuluh perikanan 8.863 orang yang tersebar di 458 Kab/Kota, terdiri dari:
PNS = 3.251
CPNS = 161
PPTK = 1.332
Swadaya = 4.081
PPTK daerah = 65
Swasta = 4
Honorer = 32
Namun dalam forum diskusi cyber extension KKP diperkirakan yang memanfaatkan hanya 150 orang penyuluh perikanan atau kurang dari 2%.
Sedangkan  kelompok pelaku utama berjumlah 32.603 kelompok terdiri dari:
POKDAKAN :             18.611 kelompok
KUB :                           8.151 kelpmpok
POKLAHSAR  :            3.309 kelompok
KUGAR  :                     2.072  kelompok
POKMASWAS :               143  kelompok
KELOMPOK LAINNYA  : 313  kelompok
Namun dalam forum diskusi dan blog cyber extension hanya 5 kelompok yang bergabung dan menjadi link.

2.      Permasalahan
Dari uraian di atas, rumusan permasalahan dalam makalah ini adalah sejauhmana sistem sosial yang terbangun dalam cyber extension sehingga dapat menggambarkan kondisi sistem sosial yang sebenarnya di masyarakat perikanan.

3.      Tujuan
Makalah ini bertujuan pada hasil analisis sistem sosial dalam cyber extension KKP.



4.      Teori yang relevan

Komunitas sebagai sebuah sistem sosial
5 faktor yang mempengaruhi berjalannya hubungan sosial pada komunitas sebagai sistem sosial (Reiss, 1954) yaitu:
(1)     ecology,yaitu tempat terjadinya aktivitas sosial, tempat akan menjadi pembeda masing-masing komunitas.
(2)     Demografi, perbedaan etnis, jenis kelamin, usia, jumlah anggota, akan berdampak pada perilaku sosial.
(3)     Culture, yaitu nilai, tradisi, norma, keyakinan.
(4)     Personality, yaitu sikap, psikologi, motivasi yang terbentuk.
(5)     Time, yaitu hari ini berbeda dengan masa lalu terkait karakteristik populasi dan kondisi alam, itulah warisan sosial.
Selanjutnya sistem sosial melakukan proses interaksi sosial. 6 tipe interaksi sosial menurut Young (1949) yaitu:
(1)   Cooperation; bekerja keras bersama satu dengan yang lain untuk kebaikan, tujuan, atau nilai.
(2)   Competition: lebih dari satu orang atau kelompok berjuang untuk mencapai tujuan akhir tetapi mereka fokus pada penghargaan atau reward daripada competitor.
(3)   Conflict: lebih dari satu orang atau kelompok berjuang untuk mencapai tujuan akhir dengan cara saling menghalangi, melukai, dan menghancurkan.
(4)   Accommodation: usaha terencana yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu untuk mengurangi konflik dan menjalin hubungan yang toleran serta mengurangi energi yang terbuang sia-sia.
(5)   Assimilation: percampuran atau sharing prinsip hidup, nilai, norma menjadi umum padahal dahulu sangat khusus.
(6)   Amalgamation: percampuran lebih kearah biologi atau non biologi seperti perkawinan, merger usaha, dan sebagainya.
Sistem akan berjalan dengan baik jika ada kontrol sosial. Menurut Eubank (1932) tipe kontrol sosial sebagai berikut:
(1)   Socialization: proses yang menyiapkan anggota baru dapat beradapatasi dengan nilai, norma, dan aturan yang ada dalam sistem sosial.
(2)   Persuasion: upaya untuk mendapatkan persetujuan secara emosi dan alasan tertentu.
(3)   Suggestion: perilaku yang didorong untuk dapat menjadi yang terbaik dan dapat menyesuaikan diri.
(4)   Coersion: meningkatkan kepatuhan dengan tekanan pisik atau psikologi sehingga menyetujui secara diam-diam.
 Dalam pandangan ilmu-ilmu sosial, sistem sosial diartikan sebagai hubungan antara bagian-bagian (elemen-elemen) di dalam kehidupan masyarakat terutama tindakan-tindakan manusia, lembaga sosial dan kelompok-kelompok sosial yang saling memengaruhi (Setiadi dan Kolip, 2011:33). Hubungan antar elemen tersebut, selanjutnya menghasilkan produk-produk interaksi itu sendiri, yaitu nilai-nilai dan norma-norma sosial yang keadaannya selalu dinamis.
Karakteristik sistem menurut Sumardjo (2014) adalah :
1.        Komponen atau elemen (component).
Suatu sistem terdiri dari komponen-komponen yang saling berinteraksi (saling bekerjasama membentuk satu kesatuan). Komponen-komponen dari suatu sistem adalah sub sistem yang mempunyai sifat-sifat dari sistem itu sendiri dalam menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.
2.        Batas sistem (boundary), adalah area yang membatasi sistem yang satu dengan sistem yang lain atau dengan lingkungan luarnya. Suatu sistem membentuk satu kesatuan dengan batasan fungsi dan tugas dari subsistem yang berbeda tetapi saling berinteraksi.
3.        Lingkungan luar sistem (environment), adalah sesuatu di luar batas sistem yang mempengaruhi operasi dari suatu sistem di luar. Lingkungan luar sistem ini dapat mempengaruhi secara tidak langsung terhadap suatu sistem.
4.        Penghubung (interface).
Sistem merupakan suatu media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem lainnya untuk membentuk satu kesatuan sehingga sumber-sumber daya mengalir dari subsistem yang satu kesubsistem lainnya. Dengan kata lain, melalui penghubung ini output dari satu suatu sistem akan menjadi input dari subsistem lainnya.
5.        Masukan (input), adalah energi yang dimasukkan ke dalam suatu sistem.
6.        Pengolahan (proses) adalah proses mengubah input menjadi output
7.        Keluaran (output) adalah hasil dari energi yang telah diolah.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu sistem terdiri dari komponen-komponen yang membentuk satu kesatuan fungsi tertentu yang saling berinteraksi untuk menghasilkan keluaran (output) tertentu atau mencapai tujuan bersama.

Komponen sistem sosial dalam penyebaran inovasi
Sebuah sistem sosial didefinisikan sebagai seperangkat unit yang saling terkait yang terlibat dalam pemecahan masalah bersama untuk mencapai tujuan bersama. Seperangkat unit dari sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi, dan / atau subsistem (Rogers, 1983).
Menurut Lippitt et al. (1953) mengkategorikan sistem client ke dalam: 1) Individu, 2) kelompok kecil, 3) organisasi besar, dan 4) komunitas. Selain itu penyuluh harus memahami tipe keputusan inovasi menurut Rogers (1983) tipe keputusan dikelompokan menjadi tipe keputusan opsional/individu, tipe keputusan kolektif, dan tipe keputusan opsional.

Menurut Rogers (1983) beberapa komponen sistem sosial yang mempengaruhi proses difusi inovasi yaitu:
(1)   Penerima inovasi (adopter), terdiri dari:
-          Inovator, petualang yang suka mencoba gagasan baru. Karakteristik mereka: berani mengambil resiko, suka berhubungan dengan pihak di luar sistem.
-          Early adopter, pelopor yang meneliti terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan untuk menggunakannya. Karakteristik: berani mencoba, tauladan.
-          Early majority, pengikut dini dengan karakteristik sangat hati-hati dan penuh pertimbangan.
-          Late majority, pengikut akhir dengan karakteristik skeptis, sangat hati-hati, memerlukan dorongan dari teman-temannya.
-          Laggards, pengikut akhir yang kolot dengan karakteristik wawasan sempit, fanatik terhadap nilai tradisi pendahulunya, tradisional, melihat ke masa lalu.
(2)   Agen perubahan (change agent), berperan sebagai:
-          Penghubung
-          Keputusan inovasi individu, kolektif, otoritas.
-          Promosi
-          Orientasi klien
-          Kerjasama dengan tokoh masyarakat.
(3)   Tokoh masyarakat, orang-orang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi masyarakat.
(4)   Saluran komunikasi, terdiri dari :
-          Interpersonal atau secara langsung tatap muka.
-          Media massa
-          Saluran lokal atau lokalit
-          Saluran kosmopolit.
(5)   Struktur sosial
-          Sistem sosial modern
-          Sistem sosial tradisional
-          Homofili adalah orang-orang yang cenderung berinteraksi atau bergabung dengan yang setara kepercayaan, status sosial, pendidikan, pekerjaan.
-          Heterofili adalah individu yang berinteraksi akan tetapi tidak sepadan pengetahuan, status sosial.

Menurut Rogers (1983) adopsi inovasi juga mengakibatkan perubahan sosial. Konsekuensi yang muncul akibat inovasi apakah dinginkan atau tidak dinginkan, langsung atau tidak langsung, dapat diantisipasi atau tidak dapat diantisipasi.
Secara umum tata kelola inovasi  dari peneliti kepada kelayan dapat digambarkan dengan menggunakan model Lionberger et al. (1982) sebagai berikut:
(1)   Inovasi : menciptakan inovasi sesuai sifat inovasi.
(2)   Validasi: uji coba invensi atau inovasi sebelum disebarluaskan.
(3)   Diseminasi: berdasarkan hasil uji coba inovasi disepakati dan dirancang bahan/materi diseminasi inovasi.
(4)   Integrasi: Penyuluh mampu mengintegrasikan inovasi di lingkungan klien.
Lippit, Watson, dan Westley (1960) menyebutkan tentang kekuatan pendorong perubahan sebagai berikut:
(a)    Ketidak puasan masyarakat terhadap situasi yang ada,
(b)   Ada kesenjangan what is dan what might be,
(c)    Ada tekanan dari luar sistem sosial sehingga masyarakat berkeinginan menyesuaikan diri, dan
(d)   Adanya kebutuhan meningkatkan efisiensi.
Sedangkan faktor penghambat perubahan sosial (Soerjono Soekanto, 1974:7-239) adalah sebagai berikut:
(a)    Kurang adanya hubungan dengan masyarakat lain,
(b)   Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat,
(c)    Sikap masyarakat yang tradisional,
(d)   Vested interest (adanya kepentingan yang telah tertanam dengan kuat),
(e)    Adanya rasa takut terjadinya kegagalan pada integrasi kebudayaan,
(f)    Adanya prasangka terhadap hal-hal baru,
(g)    Adanya hambatan yang bersifat ideologis, dan
(h)   Adat atau kebiasaan.
Sejalan dengan itu, Lippit, Watson, dan Westley (1960) menyebutkan bahwa penghambat perubahan tersebut disebabkan adanya kekuatan bertahan (resistence forces) yang menurunkan kemauan masyarakat diantaranya:
(a)    Ketidakyakinan perubahan yang ditawarkan akan membawa perbaikan,
(b)   Perlu bukti nyata akan kegiatan yang cepat dirasakan dan perlu dihubungkan dengan kebutuhan pokok masyarakat,
(c)    Sumber perubahan dianggap tidak tepat (ada kesangsian/tidak meyakinkan),
(d)   Tidak tersedia fasilitas yang diperlukan,

Kekuatan pengganggu perubahan Lippit, Watson, dan Westley (1960) adalah sebagai berikut:
(a)    Kekuatan masyarakat yang saling bersaing: mengambil hati/cari nama,
(b)   Kesulitan/kerumitan perubahan, dan
(c)    Terbatasnya sarana perubahan.



5.      Analisis kasus


Marine and Fisheries Cyber Extension
Sistem Informasi Penyebarluasan Materi Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

Penyuluh Perikanan sebagai pendamping  kompeten dituntut mampu menjembatani berbagai sumber informasi dengan pelaku utama/usaha perikanan sebagai pengguna. Untuk itu penguasaan teknologi mutlak dimiliki penyuluh, seiring dengan 1) peningkatan kualitas sumber daya pelaku utama/usaha perikanan, 2) kemajuan tekonologi informasi dan komunikasi, serta 3) pertimbangan efektivitas dan efisiensi penyebarluasan informasi.
Kehadiran teknologi informatika merupakan tantangan bagi penyuluh perikanan agar menguasai keterampilan komputer dan  memanfaatkan internet.  Sejalan dengan rra pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, maka perlu adanya penyampaian informasi teknologi serta materi penyuluhan terbaru dengan cepat, dan murah kepada penyuluh perikanan. Untuk percepatan diseminasi materi penyuluhan kelautan dan perikanan yang bersumber dari teknologi kelautan dan perikanan yang dihasilkan unit kerja penghasil teknologi kelautan dan perikanan tersebut, maka Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan menginisiasi membangun sistem informasi penyebarluasan materi penyuluhan KP atau cyber extension.
Lippit, Watson, dan Westley (1960) menjelaskan bahwa salah satu faktor pendorong perubahan adalah keinginan tindakan yang lebih efektif dan efisien. Cyber Extension adalah suatu mekanisme pertukaran informasi melalui area cyber, suatu ruang imajiner-maya di balik interkoneksi jaringan komputer melalui peralatan komunikasi.  Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media baru penyuluhan ini dirasa lebih efektif dan efisien dalam penyelenggaraan penyuluhan  guna meningkatkan akses informasi kepada penyuluh  sehingga proses transformasi ilmu ke pelaku utama/usaha menjadi update. Disamping itu, user juga dapat secara interaktif berbagi informasi dan ilmu pengetahuan di kolom yang disediakan.  Informasi inovasi teknologi kelautan dan perikanan yang sudah mendapat rekomendasi oleh unit kerja penghasil inovasi teknologi kelautan dan perikanan yang dimuat dalam  cyber extension untuk digunakan oleh penyuluh  perikanan sebagai bahan penyusunan materi penyuluhan kepada pelaku utama perikanan
 Tujuan yang diharapkan dari operasional dan pemanfaatan cyber extension kelautan dan perikanan adalah:
(1)   Menyediakan dan menyebarluaskan teknologi kelautan dan perikanan yang terekomendasi kepada penyuluh perikanan dan pelaku utama/usaha perikanan di Indonesia melalui media on-line berbasis web, sehingga memungkinkan jangkauan penyebaran materi penyuluhan meluas dan tidak dibatasi waktu dan tempat.
(2)   Mengumpulkan materi penyuluhan spesifik lokasi hasil kaji terap dan kearifan lokal dari daerah yang memungkinan penyuluh perikanan berbagi (sharing) materi penyuluhan dengan penyuluh perikanan di daerah lain untuk diketahui atau dapat digunakan oleh penyuluh perikanan di daerah lain.
(3)   Mendapatkan umpan balik (feed-back) dari penyuluh perikanan dan pelaku utama/usaha perikanan terhadap materi penyuluhan dari teknologi yang sudah mendapat rekomendasi yang dimuat dalam cyber extension kelautan dan perikanan untuk disampaikan kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan dan unit kerja teknis Kementerian Kelautan dan Perikanan penghasil teknologi kelautan dan perikanan.
(4)   Mendapatkan informasi kebutuhan teknologi KP terkini yang dibutuhkan oleh pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan untuk disampaikan kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan dan unit kerja teknis Kementerian Kelautan dan Perikanan penghasil teknologi kelautan dan perikanan.
(5)   Meningkatkan jejaring lembaga penghasil teknologi KP dengan lembaga penyuluhan serta teknis dinas di daerah,
Secara etimologi, cyber extension terdiri dari dua kata yaitu cyber dan extension. Cyber menurut Oxford Dictionary berarti yang berhubungan dengan Teknologi Informasi, Internet, dan virtual reality. Sedangkan Extension secara harfiah dapat disebut sebagai “tindakan atau proses memperluas atau memperpanjang sesuatu”. Itu bisa Perluasan area, waktu maupun ruang. Jadi Extension atau penyuluhan adalah sebuah mekanisme sentral dalam proses pembangunan, baik dari segi transfer teknologi dan pengembangan sumber daya manusia.
Cyber extension adalah sistem sosial baru yang menggambarkan komunitas dibidang kelautan dan perikanan khususnya dalam upaya penyebaran inovasi dibidang tersebut. Cyber extension sebagai sebuah sistem sosial dapat dinilai dengan metode rating scale menggunakan skala likert.
Secara ringkas hasil analisis cyber extension KKP khususnya bidang perikanan tangkap, dengan menggunakan skala Likert (1=kurang, 2=cukup, 3=baik) disajikan dalam tabel 1 berikut :


Tabel
Hasil Analisis Marine and Fisheries Cyber Extension
Dengan Pendekatan Komponen-Komponen Sistem Sosial

No
Unsur Sistem sosial
Hasil Analisis
(skor)

Keterangan
1
2
3
1
Faktor pengaruh cyber extension sebagai sistem sosial





-ecology
x


tidak ada data potensi KP, gambar, dan peta

-demografi
x


Tidak ada data penyuluh, kelompok pelaku utama, komposisi usia, gender.

-culture

x

Ada materi spesifik lokal, namun belum ada fitur khusus yang memuat nilai dan tradisi lokal.

-personality

x

Semangat penyuluh dalam memperkaya materi spesifik lokal

-time


x
Akses kapanpun sesuai kebutuhan, tanggal unggah materi, dsb
2
Interaksi sosial





-kerjasama

x

Kerjasama penyuluh dan admin

-persaingan


x

Penyuluh berlomba untuk muatan spesifik lokal, dan lomba blog
3
Kontrol sosial





-sosialisasi

x

Tidak ada manual book namun ketentuan layanan ada, tidak ada contact person, about us

-koersi

x

Ada reward atau penguatan, penghargaan pd penyuluh yang aktif
4
adopter





-inovator
x


Belum ada

-early adopter
x


Belum ada

-early majority
x




-late majority
x




-laggards
x



5
Peran agen perubahan



Aktifitas penyuluh belum tergambar

-penghubung

x



-keputusan inovasi
x




-promosi
x




-fokus klien
x




-kerjasama dengan tokoh
x



6
Peran tokoh masyarakat
x


Belum tergambar
7
Saluran komunikasi





-interpersonal
x


belum tergambar

-media massa

x

belum tergambar

-lokalit
x


Aktifitas radio tidak tergambar

-kosmopolit

x

belum tergambar
8
Struktur sosial



Belum tergambar

-tradisional
x




-modern
x




-homofili
x




-heterofili
x



9
Konsekuensi perubahan sosial



Belum tergambar dampak penyuluhan

-Diinginkan atau tidak?
x




-langsung atau tidak?
x




-dapat diantisipasi atau tidak?
x









Kesimpulan
Ditinjau dari teori sistem sosial, Cyber extension KKP termasuk dalam kategori Kurang

Saran
Diperlukan umpan balik saran untuk perbaikan dan penyempurnaan MFCE

Keterangan :
1 = Kategori Kurang    2 = Kategori Cukup     3 = Kategori Baik


           
          Berdasarkan tabel diatas Cyber Extension KKP belum bisa menggambarkan sistem sosial yang nyata di masyarakat perikanan karena belum terlihat aktivitas penyuluhan dan fitur-fitur yang diperlukan sehingga dapat menggambarkan susasana real di lokasi penyuluhan. Padahal menurut Setiadi dan Kolip, 2011:33, sistem sosial diartikan sebagai hubungan antara bagian-bagian (elemen-elemen) di dalam kehidupan masyarakat terutama tindakan-tindakan manusia, lembaga sosial dan kelompok-kelompok sosial yang saling memengaruhi. Interaksi sosial menghasilkan produk yang dinamis.
Sedangkan karakteristik sistem menurut Sumardjo (2014), terdiri dari elemen, batas sistem, lingkungan luar, penghubung, input, proses, output sudah tergambar dalam cyber extension KKP. Namun belum maksimal dalam pengelolaan aliran inovasi keterlibatan peneliti, peran penyuluh, dan respon pelaku utama. Tata aliran inovasi yang dikelola dengan baik akan menghasilkan materi penyuluhan yang berkualitas dan kredibel. Untuk itu Lionberger (1982) memetakan aliran inovasi yang dilakukan oleh peneliti dengan keterlibatan penyuluh dan kelayan melalui validasi, diseminasi, dan integrasi.
Operasional dan pemanfaatan cyber extension membutuhkan komitmen kerja sama yang baik dari berbagai stakeholder pembangunan kelautan dan perikanan, khususnya lembaga penghasil teknologi dan lembaga penyuluhan di pusat dan daerah.
Faktor penghambat kemajuan cyber extension KKP disebabkan karena keterampilan penggunaan komputer dan internet dikalangan penyuluh dan pelaku utama masih rendah, kondisi masyarakat masih tradisional sehingga internet belum membudaya dikalangan masyarakat perikanan.
Sehingga hambatan tersebut menyebabkan masyarakat perikanan resisten terhadap cyber extension, sejalan dengan itu, Lippit, Watson, dan Westley (1960) menyebutkan bahwa penghambat perubahan tersebut disebabkan adanya kekuatan bertahan (resistence forces) yang menurunkan kemauan masyarakat diantaranya:
(a)    Ketidakyakinan perubahan yang ditawarkan akan membawa perbaikan,
(b)   Perlu bukti nyata akan kegiatan yang cepat dirasakan dan perlu dihubungkan dengan kebutuhan pokok masyarakat,
(c)    Sumber perubahan dianggap tidak tepat (ada kesangsian/tidak meyakinkan),
(d)   Tidak tersedia fasilitas yang diperlukan,


6.      Kesimpulan
            Cyber Extension KKP merupakan media komunikasi inovasi baru yang memanfaatkan jaringan internet, komunikasi melalui komputer dan multimedia interaktif digital untuk menjembatani proses transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi baru di berbagai bidang secara cepat. Namun dalam pengelolaannya belum optimal sehingga tidak menggambarkan sistem sosial masyarakat perikanan yang sesungguhnya dalam menyelesaikan masalah sosial.
    Keterlibatan Penyuluh dan Pelaku Utama masih rendah. Padahal sasaran Cyber Extension meliputi penyuluh perikanan dan pelaku utama dan usaha perikanan. Disamping itu, karena aplikasi bersifat on-line maka bisa dimanfaatkan oleh siapa pun yang berminat dan peduli pada pembangunan kelautan dan perikanan. 
Pencapaian tujuan belum terlihat dalam aplikasi Cyber extension. Padahal MFCE diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada peningkatan pengetahuan dan keterampilan khususnya penyuluh perikanan dalam memberikan materi penyuluhan kepada pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan. 

7.      Saran

Perlu pengembangan sistem cyber extension KKP dengan meminta masukan dari ahli bidang penyuluhan pembangunan dan membuat fitur khusus untuk saran pengembangan sistem.


Daftar Pustaka


Albert J. Reiss, Jr. 1954. A Review and Evolution of Research on Community. Nash-Ville:Privately mimeographed, p.83
Earle Edward Eubank. 1932. The Concept of Sociology. New York: D.C. Health and Company, p.234
Kimball Young. 1949. A Study of Society and Culture. 2 edition.New York: American Book Company, p.64
Lionberger, HF, Gwin H. Paul. 1982. Communication Strategies: A Guide for Agricultural Change Agents. The Interstate Printers & Publishers, Inc.
Lippitt, R., Watson, J., Westley, B. 1953. The Dinamic Of Planned Change. Harcourt, Brace & Word, Inc.
Marine and Fisheres Cyber Extension       
Rogers, EM. 1983. Diffusion Of Innovation (Third edition). A Division Of Macmillan Publishing, Co, Inc.
Sanders, Irwin T. 1958. The Coommunity An Introduction to a Social System. New York: The Ronald Press Company
Setiadi, Elly. M dan Kolip, Usman. 2011. Pengatar Sosiologi. Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sumardjo.2014. Materi  Kuliah KPM 711. Sistem Penyuluhan Pembangunan. Program Studi  PPN – SPS IPB Bogor (tidak diterbitkan). Bogor: Institut Pertanian Bogor

Comments

Popular posts from this blog

Asumsi dan Limitasi

PARTISIPATORY RURAL APPRAISAL (PRA) PERENCANAAN PERDESAAN SECARA PARTISIPATIF

DOKUMEN HARVEST STRATEGY RAJUNGAN