KINERJA PERIKANAN INDONESIA
1. Aspek Keselamatan
Pelayaran (Kapal 150 GT)
Disain
kapal perikanan oleh nelayan di Indonesia biasanya mempertimbangkan tinggi
gelombang dan daya muat kapal. Daya muat kapal digunakan untuk menyimpan ikan
dan ruang penyimpanan BBM untuk cadangan apabila jauh dari daerah penangkapan
ikan. kebutuhan akan daya muat dan ketahanan kapal di atas gelombang menjadi
unsur penting bagi nelayan sebelum membuat kapal ikan.
Kebijakan usaha perikanan tangkap
sebelum dan setelah tahun 2012 bahwa kapal penangkap ikan berukuran di atas 100
GT hanya boleh menangkap ikan di Zona Ekslusif Indonesia (ZEEI). Kebijakan
tersebut tidak hanya mempertimbangkan aspek keadilan dimana ketersediaan sumber
daya ikan di perairan pedalaman Indonesia untuk nelayan skala kecil. Selain
itu, aspek keselamatan pelayaran sangat beralasan karena rata-rata tahunan
tinggi gelombang di ZEEI lebih dari 1,5 meter (Kurniawan et al. 2011).
Tabel di bawah ini menunjukkan data
tinggi gelombang, kedalaman perairan, kedalaman kasko kapal, panjang kapal
(LOA), dan ukuran kapal yang direkomendasikan.
Sumber:
-
Kedalaman perairan diambil dari PERMENKP Nomor 71/PERMEN-KP/2016 dan https://maps.ngdc.noaa.gov/viewers/bathymetr
-
Tinggi gelombang diambil dari Kurniawan et al. 2011 JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKAVOLUME
12 NOMOR 3 - DESEMBER 2011: 221 – 232
Estimasi kedalaman kasko
diambil dari hubungan tinggi gelombang dan kedalaman kasko, dengan asumsi jarak
dari titik berat terhadap metacenter (GMt) adalah 1,477 meter (Azis et al. 2017).
Oleh karena itu, ukuran kapal yang
beroperasi di ZEEI Indonesia direkomendasikan memiliki kedalaman kasko lebih
dari 3 meter, panjang kapal (LOA) lebih dari 24 meter dengan ukuran kapal
minimal 100 GT.
2.
Kecenderungan Hasil tangkapan per
trip (CPUE)
Kebijakan penempatan kapal
perikanan di atas 100 GT di ZEEI yang tercantum dalam Ketentuan pada PERMEN KP
Nomor 30/PERMEN-KP/2012 Tentang Usaha Perikanan Tangkap, perlu dievaluasi terutama
sejauhmana kecenderungan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan di masing-masing
ZEEI terutama oleh kapal-kapal yang dominan digunakan yaitu purse seine pelagis kecil.
Kecenderungan CPUE dari hasil
analisis laporan log book penangkapan ikan tahun 2015 hingga tahun 2019
menunjukkan bahwa penangkapan di ZEEI lebih optimal oleh kapal-kapal perikanan
berukuran 30 sampai dengan 150 GT. Bagi kapal-kapal yang berukuran di atas 150
GT di ZEEI, ada kecenderungan data CPUE dari 2015 hingga tahun 2019 cenderung
menurun. Namun demikian, ada keterbatasan data untuk tahun 2019 yang masih
sangat sementara. Gambar di bawah ini menunjukkan kecenderungan CPUE kapal purse seine pelagis kecil di ZEEI.
Gambar tersebut menunjukkan bahwa
kinerja kapal purse seine pelagis
kecil ukuran 30 sampai dengan 150 GT di ZEEI WPPNRI 711 masih baik dengan nilai
R2 = 0,76 artinya ada hubungan korelasi positif antara peningkatan
jumlah upaya penangkapan dengan hasil tangkapan per unit upaya. Sebaliknya,
kapal-kapal purse seine pelagis kecil
ukuran di atas 150 GT menunjukkan kinerja penangkapan ikan yang kurang baik.
Gambar di atas menunjukkan bahwa
ada korelasi positif antara penambahan upaya penangkapan kapal purse seine pelagis kecil di ZEEI WPPNRI
711. Kecenderungan penambahan upaya di atas 150 GT di WPPNRI akan berdampak
pada penurunan hasil tangkapan per unit upaya secara keseluruhan terutama untuk
kapal di atas 150 GT.
Sementara itu, kinerja penangkapan
ikan kapal purse seine pelagis kecil
di ZEEI WPPNRI 718 dalam kurun waktu lima tahun terakhir cenderung deplesi.
Artinya, jika upaya penangkapan ikan untuk kapal-kapal berukuran 30 sampai
dengan 150 GT tidak dikendalikan maka akan terjadi penurunan signifikan terhadap
hasil tangkapan per unit upayanya. Selain itu, kapal-kapal purse seine pelagis kecil berukuran di atas 150 GT belum bisa
dilihat kinerja CPUEnya karena belum memiliki data tahunan yang memadai.
Indikator
kinerja penangkapan ikan purse seine pelagis
kecil di ZEEI WPPNRI 572 & 573 untuk kapal perikanan berukuran 30 sampai
dengan 150 GT cenderung meningkat. Kinerja tersebut ditunjukkan oleh
peningkatan hasil tangkapan per unit upaya dari tahun 2015 sampai dengan 2019.
Nilai R2 = 0,73, artinya ada korelasi positif antara penambahan
upaya oleh kapal-kapal perikanan berukuran 30 sampai dengan 150 GT terhadap
hasil tangkapan per unit upayanya.
Sebaliknya,
indikator kinerja perikanan purse seine pelagis
kecil di ZEEI WPPNRI 572 & 573 cenderung mengalami penurunan dalam kurun
waktu lima tahun terakhir. Berdasarkan nilai korelasi yang sangat rendah bisa
diartikan bahwa penambahan unit upaya di daerah penangkapan tersebut berdampak
pada penurunan CPUE.
Gambar
di atas menunjukkan bahwa indikator kinerja perikanan kapl purse seine pelagis kecil di ZEEI WPPNRI 716 berukuran di atas 30
GT sampai dengan 150 GT cenderung menurun pada kurun waktu lima tahun terakhir.
Nilai korelasi R2 = 0,14, artinya diindikasikan telah terjadi
penurunan hasil tangkapan per unit upaya dan perlu lebih berhati-hati dalam
pemberian ijin penangkapan ikan di Laut Sulawesi bagian Utara.
Comments
Post a Comment