Keutamaan Belajar Asma'ul Husna
Belajar ilmu asma'ul husna dan sifat-Nya adalah puncak ilmu yang diperebutkan oleh manusia. Ilmu ini adalah fondasi dan jalan terbaik dalam mencapai kecintaan dan keridhaan Allah. Barang siapa menghendaki bangunan yang tinggi maka hendaknya menguatkan fondasinya (Ibnu Al-Qayyim Rahimahullah).
Fondasi agama untuk beramal ada dua, pertama mengenal Allah, perintah, nama serta sifatNya. Kedua, tunduk dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya. Tujuan utama diciptakannya manusia adalah untuk mengamalkan tauhid. Firman Allah,
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS. Adz-Dzaryat:56).
Sumber: IDN Times
Tauhid adalah ilmu dan amal. Allah menciptakan manusia agar mengenal Allah dan beribadah kepada-Nya. Firman Allah,
"Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Ilah (Yang Haq) melainkan Allah." (QS. Al-Baqarah:235)
Ayat-ayat yang berkaitan dengan nama dan sifat Allah Ta'ala lebih mulia daripada ayat yang berkaitan dengan hari kiamat. Ayat kursi adalah ayat yang termulia di dalam Al-Qur'an sebagaimana hadits shahih yang diriwayatkan oleh Muslim dari Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bahwasanya beliau berkata kepada Ubay bin Ka'ab Radhiyallahu anhu, "apakah engkau mengetahui, ayat apa yang termulia di dalam Al-Qur'an? Ubay berkata, "Allah tidak ada Illah melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya," kemudian Rasulullah memegang dadanya seraya berkata," Selamat atas ilmu yang engkau miliki, wahai Abu Mundzir."
Sedangkan surat termulia dalam Al-Qur'an adalah surat Al-Fatihah, disebutkan oleh hadits Abu Sa'id bin Al-Mualla dalam shahih Al-Bukhari, Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda kepada beliau, "sesungguhnya tidak diturunkan dalam Taurat atau Injil atau Zabur dan di Al-Qur'an yang semisal dengannya, dia adalah As-Sab'u Al-Matsaani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang) dan Al-Qur'an yang mulia yang diturunkan kepadaku."
Selain itu, surat Al-Ikhlas sebanding dengan sepertiga Al-Qur'an.
Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam memberi kabar gembira kepada yang membacanya seraya mengatakan, "saya mencintainya karena itu adalah sifat Allah, maka Allah akan mencintainya." Allah cinta kepada orang yang cinta terhadap sifat-sifat-Nya.
Mengharapkan wajah Allah merupakan semulia-mulianya tujuan. Beribadah kepada-Nya sebaik-baik amal perbuatan dan memuji Allah melalui nama dan sifat-Nya semulia-mulia ucapan. Itulah inti dakwah para Rasulullah. Pertama, memperkenalkan nama, sifat, dan perbuatan Allah kepada manusia. Kedua, menjelaskan cara ibadah yang bisa menyampaikan kepada-Nya. Ketiga, menerangkan balasan bagi mereka di surga serta melihat wajah-Nya serta berdialog dengan-Nya (Ibnu Al-Qayyim Rahimahullah).
Manusia dalam ilmu ini terbagi menjadi orang yang banyak mengenal, sedikit mengenal, dan ada yang dihalangi dari mengenalnya. Keutamaan ini ada di tangan dan sesuai kehendak Allah. Mengenal Allah dapat memperkuat rasa takut, merasa diawasi, mengagungkan harapan kepada-Nya, menambah iman hamba, membuahkan berbagai macam ibadah.
Ilmu ini membawa manusia lebih cepat menuju Rabbnya dan langkahnya lebih cepat dalam meraih ridha-Nya melebihi kecepatan angin yang berhembus, dia tidak akan menoleh ke kanan maupun ke kiri.
Dengannya, manusia bisa menggapai kehidupan yang tenteram karena kehidupan bergantung pada hati dan ruhnya. Tidak ada kebaikan hati melainkan dengan mengenal penciptanya, mencintai, dan beribadah kepada-Nya saja. Orang yang menuju kepada Allah Ta'ala lewat jalan nama dan sifat-Nya telah mendapat kebahagiaan, meski dia hanya berbaring dan berada di tempat tinggalnya namun naik ke derajat yang paling tinggi.
Ilmu ini diberkahi. Sesungguhnya Allah Ta'ala mencintai nama-nama dan sifat-sifat-Nya, dan mencintai pengaruhnya dalam diri makhluk-Nya. Dia mahaindah yang menyukai keindahan, Mahaalim (mengetahui) yang mencintai para ulama, Mahadermawan yang mencintai orang yang dermawan, mahakuat yang lebih mencintai orang mukmin yang kuat. Maha Pemalu yang mencintai orang yang memiliki rasa malu, Maha menerima taubat yang mencintai orang yang bertaubat, Maha Bersyukur yang mencintai orang yang bersyukur, Maha Jujur yang mencintai orang yang jujur, Maha Baik yang mencintai orang yang berbuat baik, Maha Kasih Sayang yang mencintai orang yang berkasih sayang dan suka mengasihi, Maha Penutup yang mencintai orang yang menutup auratnya, Maha Pemaaf yang mencintai hamba-Nya yang pemaaf, Maha adil yang cinta keadilan. Dia membalas hamba-Nya sesuai dengan sifat-sifat-Nya.
Ilmu ini merupakan benteng dari ketergelinciran, pembuka pintu harapan, pembantu dalam kesabaran, menjauhkan dari rasa malas, pendorong dalam ketaatan, pengingat dari maksiat, hiburan ketika musibah, senjata sakti dari godaan setan, penyebab datangnya kecintaan dan kasih sayang, motivasi kedermawanan, dan masih banyak lagi buah dari ilmu ini.
Tulisan ini sebagai catatan singkat dari buku Fiqih Asma'ul Husna karangan dari Prof. DR. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-"Abbad Al-Badr; Penyunting: Team Darus Sunnah; --Cet.26.--Jakarta: Darus Sunnah,2020 558 hlm.:24,5 cm x 16 cm.
Comments
Post a Comment